Market Commentary

IHSG Bangkit, 5 Saham Big Cap Ini Jadi Pendorongnya

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Rabu, 15/03/2023 10:38 WIB
Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau menguat pada perdagangan sesi I Rabu (15/3/2023), di tengah rebound-nya bursa saham global.

Per pukul 09:39 WIB, IHSG menguat 0,62% ke posisi 6.683,22. IHSG saat ini bergerak direntang 6.641,81 - 6.709,86.

Beberapa saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) yang sebelumnya membebani IHSG, pada pagi hari ini menjadi penopang IHSG.


Berikut saham-saham yang membantu IHSG menguat.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Bank Central AsiaBBCA7,168.4501,50%
Bank MandiriBMRI7,1410.0501,26%
Bank Rakyat IndonesiaBBRI6,184.7601,06%
GoTo Gojek TokopediaGOTO3,801231,65%
Astra InternationalASII3,545.8250,87%

Sumber: Refinitiv & RTI

Saham perbankan 'jumbo' yang kemarin membebani IHSG, pada pagi hari ini menjadi penopang terbesar indeks, di mana saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi penopang terbesar yakni mencapai 7,16 indeks poin, disusul PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar 7,14 indeks poin, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 6,18 indeks poin.

Tak hanya saham perbankan 'jumbo', beberapa saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) juga membantu IHSG menguat, seperti saham teknologi super apps PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang menopang IHSG sebesar 3,8 indeks poin dan PT Astra International Tbk (ASII) sebesar 3,54 indeks poin.

Di awal perdagangan sesi I hari ini, IHSG sempat melesat nyaris 1%. IHSG cenderung mengikuti pergerakan bursa global, setelah sehari sebelumnya terkoreksi parah karena investor khawatir akan dampak dari krisis Silicon Valley Bank (SVB).

Bursa global, terutama di Amerika Serikat (AS) yakni Wall Street berhasil bangkit karena Meredanya kekhawatiran pasar mengenai krisis SVB dan Signature Bank, aksi barian buying, serta melandainya inflasi AS pada Februari lalu.

Berbeda dengan hari sebelumnya, banyak saham perbankan yang diborong investor. Mereka mulai memburunya karena harganya sudah tergolong cukup murah.

Di lain sisi, meredanya gejolak di bursa AS juga ditopang tingkat inflasi yang melandai. Departemen Tenaga Kerja AS pada Selasa malam waktu Indonesia mengumumkan bahwa inflasi AS mencapai 0,4% (month-to-month/mtm) pada Februari 2023.

Inflasi melandai tipis dibandingkan pada Januari 2023 yang tercatat 0,5%.

Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi menembus 6% pada bulan lalu atau melandai dibandingkan 6,4% pada Januari 2023. Inflasi pada Februari tahun ini adalah yang terendah sejak September 2021.

Inflasi akan menjadi pertimbangan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menentukan kebijakan suku bunga pada 21-22 Maret mendatang.

Dengan inflasi yang melandai dan adanya krisis SVB, pelaku pasar kini meyakini jika The Fed tidak akan agresif lagi. The Fed diperkirakan hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp).

Meski begitu, investor di dalam negeri cenderung masih wait and see jelang rilis data neraca perdagangan periode Februari 2023 dan keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada Kamis besok.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat