Harganya Ambruk 3%, Saatnya Ucapkan Bye ke Batu Bara?
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara belum juga membaik. Pada perdagangan Selasa (14/3/2023), harga batu bara kontrak April di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 187per ton. Harganya jatuh 2,35%.
Pelemahan kemarin memperpanjang tren negatif harga batu bara yang juga melemah pada Senin pekan ini. Dalam dua hari perdagangan terakhir, harga pasir hitam sudah turun 3,1%.
Pelemahan kemarin juga membuat harga batu bara terlempar dari level psikologis US$ 190 per ton. Melemahnya kembali batu bara masih disebabkan lesunya permintaan serta anjloknya harga gas.
Permintaan yang lesu tercermin dari lalu lintas pengiriman dari Queensland, salah satu lumbung utama batu bara dunia.
Argus Media melaporkan jika pengiriman batu bara dari empat pelabuhan Queensland hanya mencapai 12,37 juta ton pada Februari 2023. Jumlah tersebut adalah yang terendah dalam enam tahun terakhir untuk periode Februari.
Pengiriman dari Queensland jatuh 20% (month to month/mtm) serta turun 12,4% (year on year/yoy).
Selain melandainya permintaan, pengiriman batu bara juga jauh berkurang karena dampak terganggunya jalur kereta serta fenomena La Nina yang mengurangi produksi.
Pengiriman dari Queensland dan wilayah Australia lain diharapkan membaik pada Maret, terutama dari China setelah embargo dibuka.
Impor batu bara China dari Australia mencapai 2,1 juta ton pada Februari 2023. Permintaan dari China sudah mencapai 1 juta ton hingga pertengahan Maret.
Australia merupakan eksportir terbesar untuk batu bara kokas yang diperlukan industri baja China.
Melemahnya harga batu bara juga disebabkan oleh kembali anjloknya harga gas. Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) jatuh 10,9% ke 44,19 euro per mega-watt hour (MWh) kemarin.
Harga tersebut adalah yang terendah sejak pertengahan Agustus 2021. Batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya saling mempengaruhi.
Harga gas anjlok karena pasokan yang semula terganggu kini sudah normal lagi.
Produksi listrik tenaga angin juga diperkirakan akan melimpah di Jerman sehingga permintaan gas dan batu bara diperkirakan turun.
Suhu udara yang semula diperkirakan akan jatuh drastis juga sepertinya berbalik arah. Suhu di sebagian Eropa justru diprakirakan akan lebih hangat dalam beberapa hari ke depan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(mae/mae)