
IHSG Berdarah-darah Karena Amerika dan China

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) hancur lebur pada pekan ini. Sentimen negatif dari China dan Amerika Serikat (AS) membuat bursa Indonesia terperosok.
Pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (10/3/2023), IHSG ditutup di posisi 6.765,30. IHSG melemah 34,49 poin atau 0,51%. Posisi penutupan kemarin adalah yang terendah sejak 18 Januari 2023 atau hampir dua bulan terakhir.
Total volume perdagangan kemarin menembus 20,1 miliar saham dengan total nilai transaksi Rp 9,3 triliun. Sebanyak 164 saham menguat, 370 saham turun, dan 208 saham stagnan.
Dalam lima hari perdagangan pekan ini, IHSG tiga kali ditutup pada zona merah yakni pada Senin, Selasa, dan Jumat dan hanya dua hari sisanya di zona hijau.
Secara keseluruhan, IHSG melemah 0,71% dalam sepekan. Dengan demikian, IHSG sudah ambruk dalam tiga pekan beruntun. Namun, investor asing masih mencatatkan net buy dalam sepekan yakni sebesar Rp 359,98 miliar.
Ambruknya IHSG pekan ini tidak bisa dilepaskan dari banyaknya sentimen negatif dari Amerika Serikat (AS) dan China.
Sejak awal pekan, sentimen negatif dari China sudah membayangi IHSG. Pada akhir pekan lalu, pemerintah China segera mengejutkan menetapkan menetapkan pertumbuhan ekonomi 2023 hanya di kisaran 5%.
Target yang disampaikan dalam Kongres Rakyat Nasional (NPC) Minggu, (5/3/2023), di bawah ekspektasi pasar yang meyakini ekonomi Tiongkok bisa tumbuh lebih tinggi di atas 5% bahkan 6%.
Perlu diketahui, produk domestik bruto (PDB) China tumbuh hanya 3% pada 2022.
China merupakan negara dengan skala ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS. Tiongkok juga menjadi mitra dagang utama Indonesia serta investor asing terbesar kedua setelah Singapura.
Kunjungan turis asal China juga menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia.
Dengan peran besar China itu tidak heran kemudian jika proyeksi ekonomi China yang lebih rendah membuat IHSG tertekan.
Anjloknya harga batu bara juga membuat IHSG ambruk karena saham-saham emiten batu bara terpuruk.
Harga batu bara ambruk 1,23% sepekan dan harganya terus terperosok sejak awal 2023. Sejalan dengan melemahnya harga batu bara, saham emiten batu bara juga melemah. Saham PT Adaro Energy Indonesia (ADRO) tumbang 5,3% sepekan.