Review Sepekan

IHSG Berdarah-darah Karena Amerika dan China

mae, CNBC Indonesia
11 March 2023 10:00
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) hancur lebur pada pekan ini. Sentimen negatif dari China dan Amerika Serikat (AS) membuat bursa Indonesia terperosok.

Pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (10/3/2023), IHSG ditutup di posisi 6.765,30. IHSG melemah 34,49 poin atau 0,51%. Posisi penutupan kemarin adalah yang terendah sejak 18 Januari 2023 atau hampir dua bulan terakhir.

Total volume perdagangan kemarin menembus 20,1 miliar saham dengan total nilai transaksi Rp 9,3 triliun. Sebanyak 164 saham menguat, 370 saham turun, dan 208 saham stagnan.

Dalam lima hari perdagangan pekan ini, IHSG tiga kali ditutup pada zona merah yakni pada Senin, Selasa, dan Jumat dan hanya dua hari sisanya di zona hijau.

Secara keseluruhan, IHSG melemah 0,71% dalam sepekan. Dengan demikian, IHSG sudah ambruk dalam tiga pekan beruntun. Namun, investor asing masih mencatatkan net buy dalam sepekan yakni sebesar Rp 359,98  miliar.

Ambruknya IHSG pekan ini tidak bisa dilepaskan dari banyaknya sentimen negatif dari Amerika Serikat (AS) dan China.

Sejak awal pekan, sentimen negatif dari China sudah membayangi IHSG. Pada akhir pekan lalu, pemerintah China segera mengejutkan menetapkan menetapkan pertumbuhan ekonomi 2023 hanya di kisaran 5%.

Target yang disampaikan dalam Kongres Rakyat Nasional (NPC) Minggu, (5/3/2023), di bawah ekspektasi pasar yang meyakini ekonomi Tiongkok bisa tumbuh lebih tinggi di atas 5% bahkan 6%.

Perlu diketahui, produk domestik bruto (PDB) China tumbuh hanya 3% pada 2022.

China merupakan negara dengan skala ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS. Tiongkok juga menjadi mitra dagang utama Indonesia serta investor asing terbesar kedua setelah Singapura.

Kunjungan turis asal China juga menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia.

Dengan peran besar China itu tidak heran kemudian jika proyeksi ekonomi China yang lebih rendah membuat IHSG tertekan. 

Anjloknya harga batu bara juga membuat IHSG ambruk karena saham-saham emiten batu bara terpuruk.

Harga batu bara ambruk 1,23% sepekan dan harganya terus terperosok sejak awal 2023. Sejalan dengan melemahnya harga batu bara, saham emiten batu bara juga melemah. Saham PT Adaro Energy Indonesia (ADRO) tumbang 5,3% sepekan.

IHSG juga tertekan oleh pernyataan Chairman bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell yang sangat hawkish.

Dalam testimoninya di depan senat AS pada Selasa dan Rabu pekan ini (7-8/3/2023), Powell menegaskan komitmen The Fed untuk memerangi inflasi.

Dia bahkan mengatakan jika The Fed tidak ragu-ragu untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi dengan periode yang lebih lama untuk menekan inflasi yang masih 'bandel'.

Pernyataan Powell membuat pasar keuangan global baik burs Wall Street hingga Asia melemah. IHSG pun akhirnya kena imbas.


Belum selesai efek Powell, pasar keuangan global diguncang krisis perbankan AS setelah Silicon Valley Bank tutup. Bank tersebut gagal menemukan investor baru dan sekarang membutuhkan suntikan modal senilau US$ 2,25 miliar untuk menyeimbangkan neracanya.

Krisis yang dialami Silicon Valley Bank dianggap sebagai kegagalan terbesar bank sejak Krisis Keuangan Global 2008/2009. Krisis juga dikhawatirkan bisa menggoncang sektor perbankan secara keseluruhan.

Saham Silicon Valley Bank (SVB) merupakan pemberi pinjaman penting untuk bisnis startup.

SVB adalah mitra perbankan untuk hampir setengah dari perusahaan teknologi dan perawatan kesehatan yang didukung usaha AS yang terdaftar di pasar saham tahun lalu.

Di pasar yang lebih luas, ada kekhawatiran tentang nilai obligasi yang dimiliki bank karena kenaikan suku bunga membuat obligasi tersebut menjadi kurang berharga.

Sentimen negatif yang bertubi-tubi membuat pasar keuangan Asia dan AS goyang.

Bursa Asia-Pasifik ditutup berjatuhan pada perdagangan Jumat (10/3/2023).

Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup ambles 1,67%, Hang Seng Hong Kong longsor 3,04%, Shanghai Composite China ambrol 1,4%, dan Straits Times Singapura merosot 1,15%.

Berikutnya ASX 200 Australia juga anjlok 2,28% dan KOSPI Korea Selatan tergelincir 1,01%. Pada penutupan perdagangan terakhir pekan ini, bursa Wall Street juga berdarah-darah.

Indeks Dow Jones ambruk 1,07%, indeks Nasdaq terperosok 1,76% sementara indeks S&P anjlok 1,45%. Dalam sepekan, indeks Dow Jones jatuh 4,44% atau terburuk sejak Juni tahun lalu.

Indeks S&P amruk 4,55% sepekan sementara indeks Nasdaq anjlok 4,71%. 

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular