The Fed Bikin Dunia 'Ketar-ketir', RI Dalam Situasi Gawat?

Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
09 March 2023 15:55
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Potensi kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) yang lebih agresif dari perkiraan sebelumnya, berpotensi mendorong penguatan dolar Amerika Serikat (AS) lebih lanjut. Sehingga membuat tekanan pada nilai tukar rupiah.

Pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (9/3/2023), nilai tukar rupiah telah melemah 0,06% pada level Rp 15.440/US$. Adanya potensi kenaikan suku bunga The Fed, nilai tukar rupiah diperkirakan akan melemah hingga level Rp 15.500/US$.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, pernyataan Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell, yang akan menaikkan suku bunga lebih agresif, berpotensi mendorong penguatan dolar AS lebih lanjut.

"Jika dampak dari kenaikan suku bunga acuan Fed yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, mendorong pelemahan rupiah, jauh dari level fundamentalnya," jelas Josua kepada CNBC Indonesia, Kamis (9/3/2023).

Oleh karena itu, Bank Indonesia (BI) harus melakukan triple intervention dalam rangka stabilitas rupiah dan obligasi domestik.

"Jika tekanan terhadap rupiah masih berlanjut, masih terdapat ruang kenaikan suku bunga BI maksimal sekitar 25 basis point ke 6%," kata Josua lagi.

Senada juga diungkapkan oleh Ekonom Bank Danamon Irman Faiz, yang berpandangan bahwa rupiah bisa melemah hingga ke level Rp 15.500/US$, setelah pada awal tahun menguat.

Kendati demikian, melihat fundamental ekonomi yang masih kuat, nilai tukar rupiah, menurut Irman masih akan menjaga nilai tukar rupiah.

"Namun, sejauh ini kita lihat fundamental rupiah cukup kuat. Sehingga kami rasa pergerakan rupiah masih akan terjaga," ujarnya Irman.

Sehingga pelemahan nilai tukar rupiah yang mencapai Rp 15.500/US$ tidak akan terlalu besar pengaruhnya. dampaknya bisa membuat biaya impor akan lebih mahal, serta nilai utang dalam bentuk dolar AS juga akan lebih tinggi.

Indonesia, kata Irman masih diuntungkan dengan dunia usaha yang cukup kuat, dengan melihat indikator-indikator yang ada. Namun stabilitas rupiah perlu dijaga agar pemulihan ekonomi yang ada sekarang ini bisa terus berlanjut.

Kepala Ekonom BCA David Sumual juga juga mengatakan hal yang sama. Namun, menurut David pelemahan rupiah diperkirakan hanya akan mencapai level Rp 15.400/US$.

"Itu masih relatively tidak terlalu signifikan, melemah saja. Dalam sektor riil dampaknya tidak signifikan belum mempengaruhi sektor riil," jelas David.

"Dulu pernah Rp 15.900/US$ karena ekspektasi pivot. Inflasi AS relatif tinggi dalam dua bulan terakhir, mereka melihat cukup tinggi inflasi sampai pertengahan tahun ini," kata David lagi.

Sebelumnya, Powell kepada Senat AS mengungkapkan kenaikan suku bunga kemungkinan akan lebih tinggi, karena The Fed masih membawa misi untuk menurunkan inflasi pada level 2%.


(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Dia Biang Kerok Rupiah Melemah Lampaui Rp 15.000/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular