
Permintaan Loyo, Harga Batu Bara Diramal Sulit Membara

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali tenggelam pekan lalu. Harga pasir hitam juga diproyeksi masih sulit bersinar pekan ini meskipun ada sentimen positif dari China.
Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (3/3/2023), harga batu bara kontrak April di pasar ICE Newcastle ditutup melemah 1,31% ke posisi US$ 195,4 per ton.
Secara keseluruhan, harga batu bara ambruk 4,33% pada pekan lalu. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan pekan sebelumnya di mana harga batu bara terbang 11,61%.
Membaiknya ekonomi China bisa menjadi faktor penopang harga batu bara pekan ini. Namun, melemahnya permintaan dari Eropa diproyeksi masih membayangi harga pasir hitam.
Seperti diketahui, dunia menyambut positif meningkatnya aktivitas manufaktur di China. Biro Statistik Nasional negara itu mengatakan PMI manufaktur resminya naik menjadi 52,6 pada Februari - tertinggi yang tidak terlihat sejak April 2012.
Aktivitas manufaktur naik pada laju tercepat dalam lebih dari satu dekade pada Februari. China merupakan konsumen terbesar batu bara sehingga pemulihan ekonomi Tiongkok menjadi sentimen positif di tingkat global.
Ledakan tambang di wilayah China Inner Mongolia pada dua pekan lalu yang menewaskan enam orang juga diperkirakan akan mengurangi produksi.
Otoritas Inner Mongolia dan Shanxi sudah meminta produsen batu bara untuk meningkatkan keamanan dan meminta otoritas daerah untuk melakukan inspeksi lebih lanjut.
Investigasi lanjutan pada tambang tersebut atau pada tambang lain bisa berdampak ke produksi. Permintaan batu bara China sudah terlihat melalui pergerakan impor dari Australia.
Setelah menghapus ketentuan embargo impor batu bara Australia, perusahaan China terus meningkatkan permintaan ke Australia.
China sudah mengimpor batu bara kokas dari Australia sebanyak 1,46 juta ton pada Februari 2023. Jumlah tersebut memang masih jauh dibandingkan rata-rata impor bulanan China dari Australia sebelum embargo yakni 7,5 juta ton.
Namun, meningkatnya ekonomi China diperkirakan akan berimbas kepada permintaan baja sehingga batu bara kokas akan semakin dibutuhkan di Tiongkok.
Jika China memberi kabar positif maka tidak demikian dengan Eropa. Permintaan batu bara dari Eropa diperkirakan turun tajam, terutama dari Jerman.
Kebutuhan batu bara Jerman diperkirakan hanya menembus 17,07 juta ton pada Maret-Desember 2023. Angka ini turun jauh dibandingkan proyeksi sebelumnya yakni 14,8%.
Impor batu bara dari Inggris, Italia, dan Spanyol mencapai 6,8 juta ton pada Februari 2023, turun 7,5% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Jumlah tersebut terendah sejak Februari 2022.
Impor yang dikirim melalui dua pelabuhan besar Belanda -Rotterdam dan Amsterdam- mencapai 3,3 juta ton. Jumlah tersebut turun 5% dibandingkan bulan sebelumnya.
Permintaan dari Jepang dan Korea Selatan juga diperkirakan turun tajam karena musim dingin akan segera berakhir.
Vietnam diperkirakan hanya akan mengimpor batu bara sebanyak 13,2 juta ton pada 2023, jumlah tersebut anjlok 58% dibandingkan tahun lalu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Harga Batu Bara Terjun Bebas, Sinyal Bearish?