
IHSG Kurang Bergairah, Ini Pemicunya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan Rabu (1/3/23) berakhir di 6.844,93 atau terapresiasi tipis 0,02% secara harian.
Sebanyak 286 saham melemah, 221 saham mengalami kenaikan dan 222 lainnya mendatar. Perdagangan menunjukkan nilai transaksi sekitar Rp 10,39 triliun dengan melibatkan 18,06 miliar saham.
Hari ini kinerja IHSG membuka awalan yang positif sekaligus memutus tren pelemahan dua hari sebelumnya. Dalam lima hari perdagangan, gap koreksi terpangkas dan menguat 0,51%. Dengan begitu, IHSG kembali menorehkan kinerja positif mingguan. Sejak awal tahun, IHSG masih membukukan pelemahan 0,08% (year to date).
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia via Refinitiv, hanya empat dari total sektor yang menguat. Sektor konsumen primer kembali menjadi sektor yang paling menguntungkan indeks dengan kenaikan lebih dari 1,37%. Sebaliknya, sektor energi terpantau menjadi sektor pendorong koreksi paling besar, melemah 1,35%.
Perdagangan kali ini, IHSG ditopang paling tinggi oleh Gojek Tokopedia sebesar 7,58 indeks poin disusul Bank Rakyat Indonesia dan Telkom Indonesia sebesar 6 indeks poin lebih. Selain itu, Bank Mandiri juga terpantau mendorong apresiasi IHSG sebesar 4,74 indeks poin. Sementara Charoen Pokphand Indonesia dan Bank Negara Indonesia juga berkontribusi 3 indeks lebih.
Kurang bergairahnya pergerakan IHSG besar dipengaruhi kinerja positif bursa Amerika Serikat yang juga lesu. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,71%, S&P 500 melemah 0,30%, dan indeks padat teknologi Nasdaq Composite terkoreksi 0,10% pada perdagangan 28 Februari waktu New York.
Data ekonomi domestik dan global menjadi fokus sentimen pasar hari ini, terutama terkait inflasi Indonesia yang diprediksi konsensus pasar (dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi) naik menjadi 5,40% secara tahunan (yoy) dan turun menjadi 0,11% secara bulanan (mtm) pada Februari 2023.
Investor juga akan memantau rilis data aktivitas manufaktur Indonesia. Pasar memperkirakan sektor manufaktur di RI makin bergeliat dengan angka PMI diprediksi naik menjadi 51,8, dari sebelumnya pada Januari lalu di angka 51,3.
Selain itu, investor juga harus memperhatikan kinerja keuangan perusahaan dan pengumuman dividen untuk mendorong kinerja saham yang dapat menjadi dorongan positif bagi IHSG.
Terakhir, data ekonomi global seperti aktivitas manufaktur di Jepang, China, Eropa, AS, dan data inflasi Jerman juga perlu dicerna oleh investor sebagai acuan dalam melakukan keputusan investasi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(Muhammad Azwar/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat