Gak Pakai Nipu, Ini Koperasi Terbesar dan Tersukses di Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Koperasi kerap menjadi andalan untuk menggerakkan ekonomi masyarakat. Sayang, dalam praktiknya sistem koperasi banyak yang tidak berkembang. Bahkan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir koperasi kerap menyusahkan masyarakat. Kasus Indosurya, misalnya, berhasil mengambil uang nasabah sebesar Rp 106 triliun.
Koperasi sebetulnya mampu untuk berkembang menjadi besar. Satu-satunya cara untuk mencapai itu adalah sinergitas antara anggota dan pengurus. Beranjak dari sini, keberhasilan Koperasi Mondragon bisa menjadi inspirasi.
Mondragon adalah koperasi pekerja yang didirikan pada 14 April 1956 di kota Mondragon, Spanyol. Awal pendirian koperasi ini bermula dari inisiatif pastor bernama José María Arizmendiarrieta. Pada 1941, Arizmendi tiba di Mondragon dan melihat banyak masyarakat hidup dalam kondisi sulit. Banyak yang tidak bersekolah dan menganggur.
Dari sini dia ingin membuat sekolah. Baginya, sekolah adalah kunci untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penduduk lokal. Jika dua aspek itu sudah diraih, maka pekerjaan akan mudah didapat.
"Pada 1943, Arizmendi mendirikan sekolah teknik yang murid dan stafnya adalah penduduk lokal. Uangnya pun patungan masyarakat," tulis William Whyte dalam Making Mondragon (1991)
Ketika angkatan demi angkatan lulus, muncul masalah baru. Mereka tidak kunjung mendapat kerja. Singkat cerita, alih-alih mencari perusahaan yang mau menampung mereka, Arizmendi mendirikan perusahaan bersama dalam model koperasi. Karena berbentuk koperasi, maka asas kekeluargaan dan kerja sama harus didahulukan.
Untuk membuat perusahaan lagi-lagi metode patungan diambil. Arizmendi dan murid-muridnya berkeliling mengajak masyarakat Kota Mondragon untuk ikut serta dalam pembangunan perusahaan. Hingga akhirnya, pada 14 April 1956, perusahaan itu berdiri yang jadi cikal bakal koperasi pekerja, Mondragon Cooperative Corporation.
Kunci sukses Koperasi Mondragon
Sejak awal berdiri, Mondragon sangat menekankan asas kekeluargaan dan kerja sama. Asas ini terlihat pada kebijakan dan sikap para pengurus dan anggotanya.
Tidak seperti perusahaan dan koperasi lain, kekuasaan di tubuh Mondragon tidak lewat jumlah saham, tetapi berdasarkan suara para anggota atau pekerja. Akibatnya, jika ingin membuat kebijakan baru di bidang strategik dan gaji, misalnya, maka 80 ribu pengurus akan dimintai suara satu per satu.
Memang lama, tetapi ini berguna untuk menyerap seluruh masukan agar tidak ada yang tidak disenangi.
Nick Rome dalam "How Mondragon Became The World's Largest Co-Op" (2022) di The New Yorker menyebut tidak ada kekuasaan tunggal di tubuh Mondragon. Semuanya sama rata dan sama rasa. Pekerja menganggap dirinya adalah bos, dan bos menggangap dirinya juga pekerja. Artinya mereka sama-sama paham fungsi kerjanya masing-masing, sehingga tidak ada kesenjangan antara keduanya.
Dari segi penghasilan pun antara petinggi dan pekerja biasa selisih gajinya hanya 6 kali gaji karyawan terendah. Itu belum ditambah keberhasilan koperasi. Jika berhasil, maka keuntungan akan dibagi rata. Dan ini juga berlaku pada masa-masa sulit.
Seperti kasus pandemi covid-19 yang membuat roda bisnis Koperasi Mondragon mandek, anggota koperasi saling mendukung dengan cara memberi bantuan dan menunjukkan sikap solidaritas.
Mereka memilih untuk mengurangi gaji dan jam kerja secara sementara sampai pulih. Saat ada yang sakit pun diminta untuk tinggal di rumah. Tidak ada pemecatan di Mondragon, kecuali jika melakukan pelanggaran berat.
Hal-hal seperti inilah yang membuat Koperasi Mondragon awet dan selalu bertahan dari krisis ke krisis. Kini, Koperasi Mondragon jadi perusahaan ke-7 terbesar di Spanyol. Anak koperasinya pun sudah ada di Brasil, China, Mesir, dan berbagai negara Eropa dan Asia lain. Tak heran, Koperasi Mondragon disebut sebagai 'raja' koperasi dunia.
(mfa/mfa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sistem Koperasi Simpan Pinjam Bakal Dirombak Habis-habisan