Street Smart ala Perry Warjiyo di Tengah Kacaunya Dunia!
Jakarta, CNBC Indonesia - Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI) menilai situasi sekarang tidak bisa direspons dengan cara yang biasa atau seperti kebanyakan teori di dalam sebuah buku. Butuh kepiawaian mendalami persoalan dan menempatkan kebijakan tepat sasaran.
Perry menjelaskan, situasi global ini alami perbaikan meskipun belum menyeluruh. China perlahan mulai pulih, akan tetapi Amerika Serikat dan Eropa masih cukup mengkhawatirkan dengan sederet risiko.
"Makanya pak Presiden selalu mengingatkan kepada kita yang dibutuhkan saat ini adalah street smart, it's not enough to be a book smart," kata Perry dalam Economic Outlook 2023 dengan tema "Menjaga Momentum Ekonomi di Tengah Ketidakpastian" di Hotel St. Regis, Jakarta, Selasa (28/2/2023).
Hal ini ditunjukkan melalui kebijakan suku bunga acuan, di mana arahnya adalah mengendalikan inflasi di dalam negeri. Kini inflasi masih cukup tinggi di level 5,51%, efek dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu. Akan tetapi dibandingkan negara lain, inflasi Indonesia masih lebih rendah.
BI mulai menaikkan suku bunga acuan sejak Agustus 2022 hingga Januari 2023. Secara total, kubu MH Thamrin sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 225 basis points (bps) menjadi 5.75%.
Suku bunga Deposit Facility dinaikkan sebesar 225 bps menjadi 5,00%, dan suku bunga Lending Facility ada di 6,50%.
"Kenapa waktu kami memutuskan kemarin mengatakan memadai, adalah bagaimana memastikan inflasi kembali ke target," jelasnya. Inflasi inti diperkirakan akan menuju 3,6% (year on year) pada Juni 2023. Sementara inflasi umum diperkirakan di bawah 4% pada September 2023.
"Sehingga tidak diperlukan lagi suatu kenaikan suku bunga karena pertimbangannya inflasi akan kembali ke target dan sebagai bagian dari sinergi mendukung pertumbuhan ekonomi," terang Perry.
Perry menyadari, banyak kekhawatiran langkah tersebut akan membahayakan Indonesia sebab tidak sesuai dengan arah kebijakan bank sentral AS Federal Reserve (the Fed) yang masih akan menaikkan suku bunga acuan 1-2 kali lagi.
"Ingat kenaikan fed fund rate tidak berdampak langsung ke ekonomi Indonesia terutama nilai tukar rupiah, yang berpengaruh adalah yield SBN (Surat Berharga Negara)," ujarnya.
Maka dari itu langkah yang ditempuh adalah dengan membuat yield SBN tetap menarik. "Book smart iya, street smart yield differential jadi mari kita lihat yield differential-nya, itulah koordinasi kami dengan bu Menkeu jaga yield differential antara government bond dengan UST itu menarik, itu yang kita lakukan," imbuhnya.
Hal ini terbukti dengan derasnya aliran modal asing yang masuk ke dalam negeri (inflow) sejak awal tahun. Berdasarkan data setelmen sampai dengan 23 Februari 2023, nonresiden beli neto Rp43,88 triliun di pasar SBN.
Selanjutnya adalah dampak terhadap nilai tukar rupiah. Fundamental ekonomi yang terus membaik akan mendorong penguatan rupiah ke depannya. Sementara apabila terjadi gejolak yang bersumber dari tekanan eksternal, maka BI siap melakukan intervensi.
"Kami tidak segan-segan stabilkan nilai tukar rupiah dan itu kenapa di masa tekanan ini kami lakukan intervensi," tegas Perry.
BI juga memberlakukan kebijakan instrumen operasi moneter term deposit valas devisa hasil ekspor (DHE) sumber daya alam (SDA) yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) berlaku mulai hari ini, Rabu (1/3/2023).
Sebanyak 19 perbankan di tanah air untuk menampung dolar para eksportir. Bank sentral juga telah menemui 221 ekspor, dan siap untuk diimplementasikan hari ini.
Term deposit valas merupakan instrumen penempatan DHE SDA oleh eksportir melalui perbankan yang langsung diteruskan kepada Bank Indonesia. Lewat mekanisme term deposit valas DHE SDA, ini diharapkan para eksportir bisa menempatkan dolarnya lebih lama di rekening khusus, dengan mengacu pada mekanisme pasar.
"Eksportir kami akan berikan suku bunga yang kompetitif dengan luar negeri," jelas Perry.
Semakin lama dolar eksportir itu ditempatkan di perbankan di tanah air, maka suku bunga yang akan didapatkan akan lebih tinggi. Perry mencontohkan, jika eksportir memarkirkan dolar DHE SDA-nya hanya satu bulan, maka suku bunga yang akan didapatkan tidak akan setinggi dengan eksportir yang memarkirkan DHE SDA selama tiga bulan, begitu pun seterusnya.
Suku bunga yang tinggi juga akan diberikan dengan melihat berapa nilai atau jumlah DHE SDA yang disimpan pada rekening khusus bank di Indonesia.
"Enam bulan (memarkirkan DHE SDA di perbankan tanah air) akan mendapatkan suku bunga lebih tinggi. Demikian juga volumenya, kalau lebih tinggi kami berikan suku bunga lebih tinggi," ujar Perry.
"Sehingga eksportir yang menaruh dananya di rekening khusus bisa stay longer di dalam negeri," kata Perry lagi.
(mij/mij)