
Kurang "Obat Kuat", IHSG Turun 0,57% Sepanjang Pekan Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Indonesia tak kuat menahan gempuran sentimen negatif dari luar negeri, khususnya mengenai arah kebijakan The Fed.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja negatif sebesar -0,57% sepanjang pekan ini dan ditutup di 6.856,58.
Pada perdagangan Senin (20/2/2023) IHSG ditutup turun tipis 0,01% di 6.894,72. Kemudian pada dua hari perdagangan berikutnya IHSG mencatatkan penurunan sebesar 0,31% dan 0,92% ke 6.809,97.
Kemudian IHSG mampu bangkit pada perdagangan Kamis (23/2/2023) dengan penguatan 0,43% menjadi 6.839,45. Sementara pada hari terakhir perdagangan pekan ini menguat 0,25%.
Dalam dua hari perdagangan terakhir IHSG mampu berada di zona hijau, namun penurunan pada tiga hari pertama perdagangan pekan ini membenani kinerja mingguan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia sepanjang minggu ini volume perdagangan mencapai 80,48 miliar saham, turun 20,18% dari perdagangan minggu lalu. Kemudian nilai transaksi tercatat Rp44,38 triliun, turun dari perdagangan pekan lalu sebesar Rp45,48 triliun. Sementara frekuensi 5,02 juta kali, juga turun dari minggu lalu yang tercatat 5,39 juta kali.
Terdapat delapan sektor melemah sementara hanya tiga sektor saja yang mampu berakhir positif. Adapun sektor dengan penurunan terbesar adalah teknologi yakni turun 2,93%. Sedangkan sektor transportasi mencatatkan kinerja terbaik dengan naik 3,67%.
Meski demikian, asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp303,2 miliar di mana pembelian sebesar Rp15,85 triliun dan penjualan Rp15,55 triliun.
Pasar saham turun akibat investor yang khawatir akan resesi global akibat kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve/The Fed yang masih hawkish.
Pejabat The Fed pada risalah pertemuan terbaru mereka mengindikasikan bahwa bakal ada kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Risalah rapat menyatakan ada tanda-tanda inflasi turun, tetapi tidak cukup untuk mengimbangi kebutuhan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Beberapa anggota mengatakan bahwa mereka menginginkan kenaikan setengah poin, atau 50 basis poin. Kenaikan sebesar itu akan menunjukkan tekad yang lebih besar untuk menurunkan inflasi ke target yang dicanangkan.
Inflasi "tetap jauh di atas" target Fed 2% sebab pasar tenaga kerja yang "tetap sangat ketat, berkontribusi pada tekanan kenaikan yang terus berlanjut pada upah dan harga."
Pejabat The Fed pada risalah pertemuan terbaru mereka mengindikasikan bahwa bakal ada kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Risalah rapat menyatakan ada tanda-tanda inflasi turun, tetapi tidak cukup untuk mengimbangi kebutuhan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Beberapa anggota mengatakan bahwa mereka menginginkan kenaikan setengah poin, atau 50 basis poin. Kenaikan sebesar itu akan menunjukkan tekad yang lebih besar untuk menurunkan inflasi ke target yang dicanangkan.
Inflasi "tetap jauh di atas" target Fed 2% sebab pasar tenaga kerja yang "tetap sangat ketat, berkontribusi pada tekanan kenaikan yang terus berlanjut pada upah dan harga."
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(ras/ras) Next Article Bak Roller Coaster di Sesi I, IHSG Terancam Ditutup Merah