
Pijakan Kaki Di Lantai Bursa, Ini Jurus PGEO Genjot Bisnis

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) akan berupaya mendukung program pemerintah untuk meningkatkan bauran energi terbarukan menuju tercapainya net zero emission pada 2060 mendatang.
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) Ahmad Yuniarto mengatakan, salah satunya melalui penggalangan dana di pasar modal. Pasalnya, aksi korporasi IPO ini merupakan rencana pengembangan kapasitas terpasang Perseroan sebesar 600 MW hingga 2027 mendatang.
"Perseroan menargetkan untuk meningkatkan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672MW saat ini menjadi 1.272MW pada tahun 2027. Selain juga mendukung ambisi PGE untuk terus tumbuh dan mengembangkan seluruh value chain dari sumberdaya panas bumi Indonesia," ujarnya di Jakarta Jumat (24/2).
Menurutnya, sebagai perusahaan terbuka, PGEO akan terus menjalankan tata kelola yang baik sesuai regulasi yang berlaku untuk terus meningkatkan kinerja dalam membuka peluang-peluang yang lebih luas dalam mendukung sektor energi terbarukan berasis panas bumi.
"Membantu membawa Indonesia menjdi global geothermar powerhouse," imbuhnya.
Lebih lanjut Ahmad Yuniarto menjelaskan bahwa PGE mencatatkan diri dengan kode emiten PGEO telah menyelesaikan roadshow ke sejumlah negara selain Indonesia, diantaranya Singapura, Hong Kong, London, dan New York untuk mengundang investor domestik maupun investor asing untuk ikut berpartisipasi dalam penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) Pertamina Geothermal Energy.
Adapun beberapa investor domestik dan multinasional yang turut berpartisipasi dalam IPO PGE antara lain adalah Indonesia Investment Authority (INA) dan Masdar, perusahaan clean energy yang berkantor pusat di United Arab Emirates (UAE).
"Kami terima kasih lepada seluruh investor baik investor strategis institusi maupun masayrakat yang sudah berpartisipasi dalam IPO PGE ini," ucaonya.
Penawaran Umum IPO Perseroan mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribed hingga 3,81 kali dari porsi pooling, melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini merupakan pencapaian yang sangat cerah bagi Perseroan dan sebagai indikator positif tingkat kepercayaan investor kepada PGE.
"Bagaimana penyediaan energi bersih juga beriringan dengan upaya-upaya untuk merawat bumi Indonesia yang kita cintai ini," pungkasnya.
Berdasarkan informasi dan data dari prospektus, kapasitas pembangkit listrik panas bumi di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan kuat dari sekitar 2,8GW di tahun 2022 menjadi sekitar 6,2GW di tahun 2030, dengan CAGR sekitar 10,4%, dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata global pada CAGR sekitar 3,9% dalam periode yang sama.
Pada tahun 2030, Indonesia akan memiliki kapasitas panas bumi terbesar di dunia dengan menyumbang sebesar 28% dari proyeksi kapasitas panas bumi bersih secara global.
Pertumbuhan ini didukung oleh potensi sumber daya panas bumi Indonesia yang signifikan, pertumbuhan permintaan pasar yang pesat serta dukungan kebijakan sebagai bagian utama dari roadmap pemerintah untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional.
PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW. Rinciannya, kapasitas sebesar 672 MW dikelola langsung (own operation) dan 1.205 MW melalui skema Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract).
Adapun kapasitas PLTP 672 MW yang dikelola langsung oleh PGE berasal dari 6 Wilayah Kerja Panas Bumi, yaitu Kamojang di Jawa Barat 235 MW, Karaha di Jawa Barat 30 MW, Lahendong di Sulawesi Utara 120 MW, Ulubelu di Lampung sebesar 220 MW, Lumut Balai di Sumatera Selatan 55 MW dan Sibayak di Sumatera Utara 12 MW.
(rob/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kantongin Duit Rp 9,05 T, Bos Pertamina Ungkap Rencana PGEO