Kecuali IHSG-KOSPI, Bursa Asia Berakhir Merana Lagi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Jumat, 24/02/2023 06:05 WIB
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik kembali ditutup melemah pada perdagangan Kamis (23/2/2023), di mana investor cenderung merespons negatif dari hasil rapat bank sentral Amerika Serikat (AS) yang mengindikasikan bahwa suku bunga masih perlu dinaikkan lagi demi menurunkan inflasi.

Hanya indeks KOSPI Korea Selatan dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup di zona hijau pada hari ini. Indeks KOSPI ditutup melesat 0,8% ke posisi 2.439,09 dan IHSG berakhir menguat 0,43% menjadi 6.839,45.

Sedangkan sisanya ditutup di zona merah. Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melemah 0,35% ke posisi 20.351,35, Shanghai Composite China turun 0,11% ke 3.287,48, Straits Times Singapura ambles 1,06% ke 3.264,93, dan ASX 200 Australia terkoreksi 0,4% menjadi 7.285,4.


Sementara untuk indeks Nikkei 225 Jepang pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Ulang Tahun Kaisar.

Dari Korea Selatan, bank sentral (Bank of Korea/BoK) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 3,5%, setelah sebelumnya terus menaikkan suku bunga acuannya dalam setahun terakhir.

Hal ini juga sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya yang memperkirakan BoK akan menahan suku bunga acuannya kali ini.

Sementara itu dari Singapura, inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) dilaporkan naik menjadi 6,6% pada Januari lalu secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya sebesat 6,5% pada Desember 2022.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Negeri Singa pada bulan lalu masih tetap di level 0,2%, atau sama seperti pada periode Desember 2022.

Adapun CPI Inti, yang tidak termasuk akomodasi dan transportasi pribadi naik 5,5% (yoy) pada Januari lalu, naik dari sebelumnya 5,1% pada Desember 2022.

Otoritas Moneter Singapura (MAS) mengatakan kenaikan inflasi ini didorong oleh inflasi yang lebih tinggi untuk sektor jasa, makanan dan ritel, serta barang lainnya, seiring dengan kenaikan tarif GST.

MAS juga memperkirakan untuk inflasi 2023 secara keseluruhan berada di antara 5,5% - 6,5%, sementara inflasi inti diproyeksikan rata-rata 3,5-4,5%.

Di lain sisi, pasar cenderung merespons negatif dari hasil pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kemarin yang menunjukkan bahwa inflasi tetap jauh di atas target bank sentral 2%, menambahkan bahwa pasar tenaga kerja masih sangat ketat dan berkontribusi terhadap tekanan kenaikan terus pada upah.

Dalam risalah tersebut, pejabat The Fed juga mencatat bahwa data inflasi yang diterima selama tiga bulan terakhir menunjukkan penurunan yang disambut baik dalam laju kenaikan harga bulanan, tetapi menekankan bahwa lebih banyak bukti kemajuan di kisaran harga yang lebih luas akan diperlukan untuk yakin bahwa inflasi berada di jalur ke bawah yang berkelanjutan.

Presiden The Fed St.Louis, James Bullard mengatakan bahwa perjuangan bank sentral melawan inflasi masih jauh dari selesai.

"Menjadi populer untuk mengatakan, 'Mari pelan-pelan dan rasakan jalan kita ke tempat yang kita butuhkan.' Kami masih belum sampai pada titik di mana panitia menetapkan apa yang disebut tarif terminal," katanya dikutip dari CNBC Internasional.

"Dapatkan ke level itu dan kemudian rasakan jalan Anda dan lihat apa yang perlu Anda lakukan. Anda akan tahu kapan Anda berada di sana ketika langkah selanjutnya bisa naik atau turun," tambah Bullard.

Selain Bullard, beberapa anggota The Fed lainnya mengatakan bahwa mereka menginginkan kenaikan setengah poin, atau 50 basis poin (bp). Kenaikan sebesar itu akan menunjukkan tekad yang lebih besar untuk menurunkan inflasi ke target yang dicanangkan.

Namun, hal ini memunculkan kembali kekhawatiran pasar, di mana The Fed akan melanjutkan kenaikan suku bunga dan membuat takut investor mendorong saham ke hari terburuk pada 2023.

Pasar juga beranggapan bahwa The Fed bergerak terlalu cepat atau terlalu jauh dan hal itu dapat menyebabkan ekonomi mengalami resesi.

Para pelaku pasar memperkirakan kenaikan suku bunga acuan The Fed masih akan meningkat pada tiga pertemuan terakhir, yakni pada Maret, Mei, dan Juni. Masing-masing naik sebesar 25 bp.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor