IHSG Ambruk, Deretan Saham Ini Jadi Beban

Muhammad Azwar, CNBC Indonesia
15 February 2023 15:36
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan hari ini (15/02/23) berakhir di 6.914,14 atau terkoreksi 0,39% secara harian.

Sebanyak 311 saham turun, 189 saham mengalami kenaikan dan 206 lainnya stagnan. Perdagangan menunjukkan nilai transaksi sekitar Rp 9,3 triliun dengan melibatkan 18,13 miliar saham.

Hari ini IHSG secara eksklusif bergerak di zona merah sekaligus menghentikan tren penguatan selama dua hari sebelumnya. Dalam lima hari perdagangan, koreksi Indeks turun 0,37%. Dengan begitu, IHSG belum menorehkan kinerja positif mingguan. Sejak awal tahun, IHSG masih membukukan penguatan 0,93% (year to date).

Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia via Refinitiv, sembilan dari sepuluh sektor melemah. Sektor real estate dan konsumen primer menjadi sektor yang paling merugikan indeks dengan penurunan 0,60% lebih. Sementara itu, sektor konsumen non-primer menjadi satu-satunya penahan indeks, naik tipis 0,08%.

Tumbangnya IHSG tak lepas dari melemahnya saham-saham dengan kapitalisasi raksasa. Lima saham dengan beban paling berat bagi indeks termasuk dari sektor perbankan, Bank Mandiri sebesar 7,11 indeks poin. Masih dari sektor yang sama, Bank Central Asia dan Bank Mega turun 5,3 indeks poin. Selain itu, dari sektor energi, Bayan Resources turun 2,9 indeks poin. Terakhir Astra International terpantau berkontribusi terhadap pelemahan IHSG sebesar 2,30 indeks poin.

Penurunan ekuitas tanah air mengekor bursa acuan Amerika Serikat (AS) yang ditutup lesu pada perdagangan semalam setelah rilis laporan inflasi. Dow Jones tergelincir 0,46% menjadi ditutup di 34.089,27. Sedangkan NASDAQ menguat 0,57% menjadi 11.960,15 dan S&P 500 turun tipis 0,03 ke 4.136,13.

Pertumbuhan inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai 6,4%, sementara pertumbuhan inflasi bulanan (month-on-month/mom) mencapai 0,5%.

Pertumbuhan inflasi AS secara tahunan ini berada di atas ekspektasi para pelaku pasar, yang sebelumnya memperkirakan pertumbuhan inflasi hanya sebesar 6,2% yoy. Hal ini membuat keyakinan para pelaku pasar mengenai kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menjadi goyah, terutama mengenai keputusan kenaikan suku bunga.

Saat ini investor juga akan menunggu pengumuman inflasi Inggris yang akan diumumkan hari ini. Menurut konsensus yang dihimpun oleh Trading economics, inflasi Inggris diperkirakan akan melandai menjadi 10,3% (yoy). Sebelumnya inflasi Inggris mencapai 10,5% (yoy).

CNBC INDONESIA RESEARCH


(Muhammad Azwar/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular