
Simak, Ini Dia Penyebab IHSG Longsor 1%

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau terkoreksi 1,02% pada perdagangan sesi I Jumat (10/2/2023), di tengah ambruknya harga beberapa komoditas dan ikut menyeret IHSG.
Per pukul 10:17 WIB, IHSG merosot 1,02% ke posisi 6.825. IHSG kembali diperdagangkan di level psikologis 6.800 pada pagi hari ini.
Beberapa saham menjadi pemberat laju pergerakan indeks pada perdagangan sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat (laggard) IHSG hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | -13,27 | 105 | -6,25% |
Bank Central Asia | BBCA | -5,39 | 8.825 | -1,12% |
Telkom Indonesia | TLKM | -4,91 | 3.730 | -1,59% |
Unilever Indonesia | UNVR | -4,39 | 4.610 | -6,50% |
Sumber: Refinitiv & RTI
Saham emiten super apps yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) kembali menjadi pemberat terbesar IHSG pada perdagangan sesi I hari ini yakni mencapai 13,27 indeks poin.
Hal ini seperti mengulang kejadian serupa pada akhir November hingga awal Desember 2022, di mana saham GOTO menjadi salah satu saham laggard atau pemberat IHSG.
Selain GOTO, ada saham emiten bank dengan kapitalisasi pasar paling jumbo yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang juga menjadi pemberat indeks hingga 5,39 indeks poin.
IHSG terkoreksi nyaris 1% karena saham-saham big cap secara mayoritas mengalami koreksi cukup parah, terutama saham-saham batu bara.
Saham-saham batu bara terpantau banyak yang ambles karena harga batu bara acuan dunia terpantau terkoreksi parah hingga menyentuh level psikologis US$ 200untuk pertama kalinya sejak 3 Februari 2022 atau sebelum perang Rusia-Ukraina meletus.
Pada perdagangan Kamis kemarin, harga batu kontrak Maret di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 191,5 per ton. Harganya ambruk 16,38% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Sepanjang tahun ini, harga batu bara sudah ambrol lebih dari 50%. Indonesia yang merupakan salah satu produsen utama batu bara, mungkin tidak akan lagi menikmati berkah 'durian runtuh'.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ekspor batu bara sepanjang 2022 sebesar US$ 54,98 miliar, melesat 67,46% dari tahun sebelumnya dan berkontribusi 20% terhadap total ekspor.
Namun, dengan harga batu bara yang ambrol seperti saat ini, nilai ekspor tahun ini mungkin tidak sebesar tahun lalu. Pemerintah sudah memperingatkan bahwa windfall (keuntungan yang tak terduga dari komoditas yang naik tajam) akan turun pada tahun 2023.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)