Mayday! Mayday! Harga Batu Bara Jatuh ke Bawah US$ 200

maesaroh, CNBC Indonesia
10 February 2023 06:35
Kapal batu bara coal
Foto: Kapal keruk memuat gerbong dengan batu bara (REUTERS/Ilya Naymushin)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara semakin terjun bebas. Pada perdagangan kemarin, batu bara bahkan langsung mencetak tiga rekor buruk sekaligus.

Pada perdagangan Kamis (9/21/2023), harga batu kontrak Maret di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 191,5 per ton. Harganya ambruk 16,38% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.

Pelemahan tersebut menyeret harga batu bara ke bawah level US$ 200 untuk pertama kalinya sejak 3 Februari 2022 atau sebelum perang Rusia-Ukraina meletus.

Harga penutupan kemarin juga menjadi yang terendah sejak 13 Januari 2022 atau hampir 13 bulan terakhir.



Rekor terburuk ketiga adalah prosentase penurunan dalam sehari. Penurunan sebesar dalam sehari kemarin adalah yang terdalam sejak 3 Maret 2022 atau setahun terakhir.
Penurunan terdalam juga menjadi yang terbesar kedua setidaknya dalam 20 tahun terakhir.

Jika dihitung dari rekor tertingginya pada 5 September 2022 (US$ 463,75 per ton) mencapai 58,7%.

Dalam catatan Refinitiv, sepanjang lima tahun terakhir, harga batu bara hanya 10 kali batu bara turun di atas 10% dalam sehari. Termasuk lima kali sejak perang Rusia-Ukraina meletus akhir Februari 2022.

Di antaranya pada pada 3 Maret sebesar 19,63%, pada 10 Maret sebesar 13,81%, 16 Maret sebesar 15,97%, pada 25 Januari 2023 sebesar 11,06%, dan Kamis kemarin sebesar 16,38%.

Anjloknya harga batu bara disebabkan masih lemahnya permintaan, ambruknya harga gas, serta prakiraan cuaca di Eropa yang lebih hangat.

Harga listrik di Eropa terus turun karena permintaannya yang semakin melandai menjelang berakhirnya musim dingin. Cuaca pada pekan-pekan mendatang juga akan lebih hangat.
Kondisi ini membuat penggunaan penghangat ruangan turun drastis yang berdampak pada melandainya permintaan listrik. Di sisi lain, pasokan dari pembangkit listrik tenaga angina juga makin meningkat.

Produksi listrik dari tenaga angin di Jerman diperkirakan meningkat hingga 1,7 Giga Watt (GW) menjadi 20,1 GW pada pekan mendatang sementara di Prancis akan meningkat sebesar 200 Mega Watt (MW).

Sebaliknya, permintaan listrik di Jerman diperkirakan melandai sebesar 1,7 GW dan di Prancis turun sekitar 1,6 GW.  Faktor-faktor inilah yang membuat harga gas terus turun.

Harga batu bara juga terus melandai karena harga gas. Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) melemah 1,78% sehari kemarin ke posisi 52,73 euro per mega-watt hour (MWh) pada perdagangan kemarin.

Harga gas sudah anjlok 7,6% sepekan dan 42,75% sebulan. Batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya saling mempengaruhi.

Masih lemahnya permintaan juga ikut menyeret ke bawah harga batu bara. China sebagai motor penggerak utama harga batu bara belum menunjukkan peningkatan impor dalam jumlah besar.

Tiongkok memang dilaporkan sudah membeli pasir hitam dari Australia setelah melarang impor dari negara tersebut pada 2020.  Dua kapal pengangkut dikabarkan sudah sampai ke pelabuhan China, dengan salah satunya membawa muatan hingga 73.300 ton.

Namun, permintaan dari dalam belum banyak sehingga pasokan di pelabuhan kini menumpuk.

Dilansir dari Reuters, pasokan batu bara di pelabuhan-pelabuhan utama China mencapai 34,65 juta ton pekan ini, level tertingginya dalam enam bulan terakhir.

Kabar buruk lainnya datang dari Provinsi Hebei. Departemen Lingkungan dan Ekologi Hebei memperkirakan konsumsi batu bara provinsi tersebut akan turun 10% pada 2025 dibandingkan 2020.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

 

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular