Fakta Skandal Rp1.650 T Orang Terkaya Asia Bikin Jokowi Takut

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat was was dengan skandal yang menimpa Gautam Adani. Dirinya tak ingin skandal yang tengah menghebohkan dunia itu terjadi di pasar keuangan Indonesia. Hal ini ia ungkapkan dalam kegiatan Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2023.
Seperti diketahui, pasar keuangan dunia tengah dihebohkan oleh tudingan skandal penipuan yang dilakukan oleh konglomerat asal India, Gautam Adani. Ia merupakan pemilik Adani Group yang bergerak di bidang tambang, pelabuhan dan pembangkit listrik.
Akan tetapi, laporan riset dari Hindenburg Research. Lembaga itu menyebut ada penyimpangan yang dilakukan figur asal India itu sehingga kekayaannya melejit.
Menurut Hindenburg, Adani Group sebelumnya telah menjadi fokus dari 4 investigasi penipuan besar pemerintah yang diduga melakukan pencucian uang, pencurian dana pembayar pajak, dan korupsi, dengan total sekitar US$ 17 miliar atau setara Rp 252 triliun.
Laporan tersebut membuat harga saham di bawah Adani Group berguguran. Sehingga, Gautam Adani kehilangan kekayaannya setara sekitar Rp 1.650 triliun. Jokowi meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memeriksa secara detil kondisi makro dan mikro. Sehingga, apa yang terjadi di Indonesia tak sampai ke sini.
"India makro-nya maju, tapi mikronya ada masalah. Adani kehilangan US$ 120 miliar, kalau dirupiahkan Rp 1.800 triliun," tutur Jokowi, Senin (6/2/2023).
"Hati-hati mengenai ini, jangan sampai ada yang lolos seperti itu, karena (Rp 1.800 triliun) itu gorengan, akibatnya seperempat PDB India hilang," sambung Jokowi.
Akibat satu perusahaan, kata Jokowi, capital outflow keluar, rupee jatuh. Skandal yang menjerat mantan taipan terkaya Asia kini masuk babak baru, dengan sejumlah fakta satu per satu mulai terungkap ke publik.
Adani Group yang memiliki bisnis di banyak industri vital India dari mulai energi hingga pelabuhan dituduh oleh perusahaan investasi asal New York Hindenburg Research melalukan aksi nakal untuk memompa kinerja saham perusahaan. Hindenburg menyebut banyak cara yang dilakukan Adani untuk memanipulasi saham, termasuk lewat labirin perusahaan cangkang yang berbasis di luar negeri.
Laporan tersebut sontak membuat investor panas dingin dan ramai-ramai melepas saham Adani. Aksi jual masif tersebut akhirnya membuat sang pemilik, Gautam Adani, harus rela turun takhta dan tidak lagi menjadi orang terkaya Asia, dengan kekayaannya lenyap sekitar setengahnya pasca tudingan Hindenburg mengemuka.
Tudingan Hindenburg terkait labirin perusahaan cangkang, salah satunya termasuk Adani Power. Salah satu pemegang saham utama Adani Power merupakan perusahaan lepas pantai (offshore) bernama Opal Investment Pvt. Ltd. Adani Power menyebut Opal dalam laporan triwulanan terbarunya sebagai pemegang saham independen yang tidak memiliki ikatan dengan konglomerat port-to-power di luar 4,69% sahamnya di Adani Power.
Akan tetapi investigasi The Wall Street Journal atas dokumen pengajuan perusahaan menunjukkan bahwa Opal didirikan di negara kepulauan Mauritius oleh Trustlink International Ltd., sebuah perusahaan jasa keuangan yang memiliki ikatan dengan keluarga Adani.
Salah satu direktur Trustlink, Louis Ricardo Caillou, duduk di dewan Opal, menurut pengajuan Mauritius. Pengajuan tersebut juga mencantumkan Caillou sebagai anggota dewan perusahaan lain yang berbasis di Mauritius, Krunal Trade & Investment Pvt. Ltd., di mana kakak laki-laki Gautam Adani, Vinod Adani, dan Subir Mittra, CEO kantor keluarga Adani, juga terdaftar sebagai anggota dewan.
Trustlink International, juga berbasis di Mauritius, bertindak sebagai sekretaris kedua perusahaan, menurut pengajuan. Pertanyaan tentang apakah eksekutif Adani atau anggota keluarga memiliki pengaruh atas keputusan investasi perusahaan seperti Opal merupakan salah satu tuduhan utama Hindenburg Research. Hindenburg merilis laporan 104 halaman yang menuduh Adani Group melakukan berbagai penipuan, termasuk penggunaan perusahaan cangkang untuk menaikkan harga saham dan melanggar aturan kepemilikan saham India.
Adani Group mengatakan dalam bantahan 413 halaman atas laporan Hindenburg bahwa mereka tidak memiliki kendali atas saham apa yang dibeli Opal dan pemegang saham independen lainnya atau sumber dana mereka. Sanggahan itu juga menolak laporan Hindenburg sebagai "tidak lain hanyalah kebohongan" dan "serangan terukur terhadap India, kemerdekaan, integritas, dan kualitas institusi India."
Baik Opal maupun Trustlink tidak memiliki situs web. Situs web Krunal menggambarkan perusahaan tersebut menawarkan "layanan seperti penjualan dan pengiriman produk tidak berwujud, antara produsen dan konsumen."
Perusahaan investasi lepas pantai yang berbasis di Mauritius memiliki persyaratan lunak atas kewajiban pengungkapan perusahaan. Mereka telah memainkan peran kunci dalam upaya perusahaan Adani untuk memasuki pasar modal.
Laporan The Wall Street Journal juga menemukan pengajuan yang menunjukkan Trustlink mendirikan Opal dan Krunal pada hari yang sama, 4 Oktober 2005, menggunakan alamat kantor terdaftar yang sama untuk kedua perusahaan.
Undang-undang India mewajibkan perusahaan publik untuk melabeli investor luar negeri yang terkait dengan keluarga Adani atau perusahaan Adani hanya jika jelas bahwa pemilik kendaraan lepas pantai adalah pemegang saham atau manajer kunci perusahaan publik.
[Gambas:Video CNBC]
Jokowi ke OJK: Awas! Jangan Ada Goreng-goreng Seperti Adani
(emy/ayh)