Bursa Asia Merah, China-Hong Kong Pimpin Penurunan!

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
03 February 2023 08:52
Men look at stock quotation boards outside a brokerage in Tokyo, Japan, December 5, 2018.  REUTERS/Issei Kato     TPX IMAGES OF THE DAY
Foto: Pria melihat papan kutipan saham di luar broker di Tokyo, Jepang, 5 Desember 2018. REUTERS / Issei Kato

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung bervariasi pada perdagangan Jumat (3/2/2023), di tengah relinya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street didorong oleh saham teknologi.

Per pukul 08:30 WIB, indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah 0,69%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,45%, dan KOSPI Korea Selatan turun tipis 0,04%.

Sedangkan untuk indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,63%, Straits Times Singapura naik tipis 0,04%, dan terapresiasi 0,37%.

Dari Australia, China, dan Jepang, data aktivitas jasa yang tergambarkan pada purchasing manager's index (PMI) jasa pada periode Januari 2023 akan dirilis pada hari ini.

Investor akan memantau data aktivitas jasa di China, sebagai bentuk dari pembuktian bahwa sektor jasa di China kembali bergeliat setelah pemerintah setempat membuka kembali pintu internasional pasca negara itu melawan pandemi Covid-19 selama kurun waktu tiga tahun terakhir.

Pergerakan bursa Asia-Pasifik yang cenderung beragam hari ini terjadi di tengah cerahnya mayoritas bursa saham AS, Wall Street, di mana saham teknologi membuat indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite melesat

Indeks S&P 500 ditutup melonjak 1,47% dan Nasdaq melejit 3,25%. Namun untuk indeks Dow Jones ditutup turun 0,11%.

Saham-saham teknologi di AS berhasil bergeliat, didorong oleh kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.

Saham teknologi di AS telah mengungguli pada awal tahun 2023, didukung oleh sinyal baru-baru ini tentang pendinginan inflasi yang diharapkan investor dapat menyebabkan jeda dari The Fed dalam kampanye kenaikan suku bunga yang agresif.

Sektor teknologi informasi S&P 500 naik lebih dari 14% pada awal tahun ini, setelah penurunan lebih dari 28% tahun lalu.

"Ini menunjukkan bahwa saham pertumbuhan mulai kembali unggul karena melepaskan beberapa tekanan retorika hawkish yang dibawa ke pasar berisiko selama tahun 2022," kata Keith Buchanan, manajer portofolio senior di GLOBALT Investments, dikutip dari CNBC International.

Wall Street berada di jalur positif setelah The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.

The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp) ke kisaran 4,5% - 4,75%. Hal ini berarti The Fed kembali memperlambat laju kenaikan setelah sebelumnya menaikkan 50 bp pada Desember 2022 dan 75 basis pada empat pertemuan sebelumnya.

Namun, The Fed tidak memberikan indikasi jeda yang akan datang dalam kenaikan suku bunga. Namun, optimisme investor didorong oleh kenaikan suku bunga yang lebih kecil dan komentar Ketua Jerome Powell yang mengakui pelonggaran inflasi.

Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bahwa kebijakan perlu tetap restriktif untuk beberapa waktu dan bahwa para pejabat akan memerlukan bukti yang jauh lebih banyak untuk yakin bahwa inflasi berada di jalur yang menurun ke target 2%.

"Komite mengantisipasi bahwa kenaikan berkelanjutan dalam kisaran target akan sesuai untuk mencapai sikap kebijakan moneter yang cukup ketat guna mengembalikan inflasi menjadi 2 persen dari waktu ke waktu," kata The Fed dalam pernyataannya.

Para pejabat The Fed telah mengatakan bahwa data inflasi Oktober, November dan Desember 2022 yang stabil merupakan berita yang disambut baik, namun mereka masuk perlu menantikan lebih banyak data lagi, terutama terkait data ketenagakerjaan.

Saat ini, investor sedang menanti laporan pekerjaan utama yakni data penggajian non-pertanian (NFP) dan tingkat pengangguran yang akan dirilis pada malam hari ini waktu Indonesia dan akan memberikan wawasan lebih lanjut tentang pasar tenaga kerja di AS.

Tanda-tanda pendinginan dapat memberi kesan kepada investor bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut cenderung tidak mungkin dilakukan.

Sembari menanti data tenaga kerja AS utama malam ini, investor cenderung masih mencerna data klaim pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir 28 Januari.

Tercatat, jumlah pelapor untuk tunjangan pengangguran lebih kecil dari yang diharapkan, yakni mencapai 180.000 klaim, dari pekan sebelumnya sebesar 186.000 klaim. Adapun angka tersebut juga lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 200.000 klaim.

Hal ini menandakan bahwa sektor tenaga kerja di Negeri Paman Sam masih cenderung kuat. Namun, investor optimis bahwa The Fed dapat terus mengurangi laju kenaikan suku bunga acuannya di pertemuan mendatang.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular