CNBC Indonesia Research
Asing 'Ogah' Masuk Saham Indonesia, Rp 3,2 T Balik ke Kampung

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan berhasil ditutup positif pada perdagangan hari Kamis kemarin (03/02/2023). Di tengah rilis data ekonomi domestik yang masih tercatat kuat dan kebijakan The Fed yang mulai melonggarkan tingkat suku bunga sesuai ekspektasi pasar.
Kendati demikian, IHSG yang naik +0,41% ke ke level 6.890,57 tempo hari lebih didominasi oleh aksi beli investor domestik. Terlebih dikarenakan, investor asing justru mencatatkan aksi jual bersih Rp 258 miliar di pasar saham Indonesia.
Pada penghujung bulan Januari, asing sempat melakukan aksi beli bersih terbesar yaitu mencapai Rp 919 miliar. Meskipun begitu, jika diakumulasikan sejak awal tahun, asing tercatat masih dalam posisi net sell sebanyak Rp 3,2 triliun di pasar saham Indonesia.
Dari dalam negeri, ekonomi Indonesia tengah diselimuti sentimen positif pasca Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan pada Januari 2023 mencapai 5,28% (year-on-year), lebih rendah dari Desember 2022 yang mencapai 5,51%.
Selanjutnya, S&P Global kemarin melaporkan purchasing managers' index (PMI) manufaktur sebesar 51,3 pada Januari, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 50,8. Peningkatan laju ekspansi (angka di atas 50), tentunya bisa memberikan sentimen positif ke rupiah. Seperti diketahui, industri pengolahan berkontribusi sekitar 18% terhadap produk domestik bruto (PDB), terbesar berdasarkan lapangan usaha.
Tak hanya sentimen dalam negeri, dari global The Fed pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia mengumumkan kenaikan suku bunga 25 basis poin menjadi 4,5% - 4.75%.
Kenaikan tersebut sesuai dengan ekspektasi pasar, sehingga harusnya menjadi angin segar bagi pasar saham.
Namun, dari banyaknya sentimen positif, ternyata IHSG belum menjadi pilihan utama investor asing saat ini. Yang mana investor asing lebih cenderung masuk ke pasar saham Amerika Serikat yang dianggap lebih memiliki harga diskon, setelah pada tahun 2022 terkoreksi cukup dalam karena diterpa sentimen kenaikan agresif suku bunga.
Hal berikut tercermin pada pergerakan indeks saham di Wallstreet sepanjang tahun ini, yang mana Nasdaq telah melonjak 17,36% dan S&P 500 naik 9,12%. Berbanding jauh dengan IHSG yang sajauh ini hanya naik 0,58%.
[Gambas:Video CNBC]
Asing Kabur Dari Saham, Sehari Jual Rp 1,68 Triliun
(mak/mak)