Mau Harga Batu Bara Naik? Harapannya Cuma pada China & India

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara diperkirakan sedikit membaik sejalan dengan kembalinya aktivitas perkantoran dan pabrik di China. Namun, melemahnya permintaan dari Eropa bisa menekan harga pasir hitam.
Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (27/1/2023), harga batu bara kontrak Februari di pasar ICE Newcastle ditutup melandai 2,7% ke posisi US$ 266,25 per ton.
Kendati menguat, harga batu bara masih bergerak di level terendah dalam sembilan terakhir.
Secara keseluruhan, harga batu bara ambruk 12,36% dalam sepekan. Pelemahan tersebut adalah yang terdalam sejak pekan kedua November 2022.
Pelemahan tersebut juga memperpanjang tren negatif pasir hitam yang sudah melemah dalam empat pekan beruntun.
Harga batu bara diperkirakan sedikit menguat pekan ini dengan ditopang permintaan dari China dan India.
Seperti diketahui, warga Tiongkok akan kembali ke aktivitas normal pada pekan ini setelah libur panjang Hari Raya Imlek lebih dari sepekan. Inventori batu bara di pabrik ataupun utilitas China juga diperkirakan perlu segera ditambah pasokannya setelah libur.
Beijing, akhir pekan lalu, menegaskan jika mereka ingin menjadikan konsumsi masyarakat sebagai motor utama penggerak ekonomi.
"Potensi terbesar ekonomi China terletak pada konsumsi masyarakat yang berjumlah 1,4 miliar. Membangkitkan konsumsi adalah langkah utama untuk memperluas permintaan domestik," tutur Perdana Menteri China Li Keqiang, dikutip dari The Financial Times.
China telah melonggarkan sejumlah kebijakan Covid-19 untuk mempercepat pemulihan konsumsi.
Selama liburan panjang Imlek di China, konsumsi naik 12,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ekonomi China tumbuh 2% pada 2022 tetapi diperkirakan melesat 4,9% pada 2023.
"Kita harus menghidupkan kembali peran konsumsi masyarakat ke ekonomi kita," imbuh Kegiang.
Fokus China untuk segera menggerakkan konsumsi masyarakat ini diharapkan ikut mendongkrak permintaan listrik serta batu bara.
Dewan Kelistrikan China (CEC) memperkirakan konsumsi listrik tahun ini akan menembus 9,15 triliun Kilowatt-hours (KWh) atau naik 6%.