Jangan Sepelekan ESG, Seberharga Ini!

Eqqi Syahputra, CNBC Indonesia
26 January 2023 18:15
Direktur Kepatuhan BRI Achmad Solichin dalam acara BRI Microfinance Outlook 2023, dengan tema Financial Inclusion and ESG: The Road to Equitable and Economic Prosperity di Gedung BRI, Jakarta, Kamis (26/1/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Direktur Kepatuhan BRI Achmad Solichin dalam acara BRI Microfinance Outlook 2023, dengan tema Financial Inclusion and ESG: The Road to Equitable and Economic Prosperity di Gedung BRI, Jakarta, Kamis (26/1/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Kepatuhan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Achmad Solichin mengungkapkan, bahwa pihaknya memandang prinsip Environmental, social, and corporate governance (ESG) yang diterapkan perseroan sebagai sebuah investasi.

Hal ini disinggungnya ketika membicarakan tantangan terbesar saat mengimplementasikan prinsip ESG. Menurutnya, tantangan tersebut tidak lain tidak bukan ialah terkait uang atau dana.

"Menurut saya tantangan terbesar adalah uang. Bagaimana kita melihat ESG karena isinya cost semua," ujar Solichin dalam BRI Microfinance Outlook 2023 di Jakarta, Kamis (26/1/2023).

Kendati demikian, dirinya menilai tantangan tersebut sebenarnya tergantung sudut pandang dari masing-masing. Apakah akan melihatnya sebagai cost, atau sebuah peluang atau investasi.

Beberapa pihak, memandang tantangan dari sisi biaya di ESG lantaran adanya biaya yang mahal dalam menerapkan ekosistem ESG. Contohnya saja untuk energi baru terbarukan (EBT), terdapat biaya pembangunan panel surya, mobil listrik, yang mana tidak dimungkiri semuanya dapat menghabiskan dana yang tidak sedikit.

Meski begitu, BRI dikatakan Solichin melihat tantangan ini sebagai sebuah investasi jangka panjang. Hal ini karena BRI tidak hanya melihat kepentingan masa sekarang, namun juga untuk masa depan sekaligus untuk menjadi frontrunner dalam penerapan ESG di Indonesia.

"Di sinilah kalau cuma mikir masa sekarang saja. Tapi buat BRI, kita lihat sebagai investasi, bukan cost," jelasnya.

Lebih lanjut, dia berharap semua stakeholder dapat terliterasi dengan baik. Karena dengan begitu, penerapan ESG di Indonesia dapat semakin lancar dan masif. Apalagi, kini pemerintah Indonesia sudah memiliki Road Map atau peta jalan yang jelas untuk menuju ekosistem berkelanjutan. Contohnya adalah target Net Zero Carbon (NZE) 2060.

Solichin menambahkan, literasi yang baik dari semua pihak juga akan mendukung Indonesia, dan di dalamnya BRI untuk bisa memaksimalkan penerapan ESG. "Dalam waktu dekat ada carbon market, carbon tax, kalau produksi kelebihan karbon bisa jual. Itu terjadi ketika semua stakeholder terliterasi dengan baik," tuturnya.

"Jadi selain biaya investasi, itu literasi. Kemudian begitu semua yang terliterasi makin banyak, ke depan pasti akan lebih smooth dan lancar karena infra siap, bukan hanya fisik, tapi policy dan regulasi akan semakin masif mengimplementasikan ESG," pungkasnya. 


(bul/bul)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos BRI Bicara 2 Faktor yang Bikin Indonesia Kebal Resesi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular