IPO Watch

Meski Ada Catatan, Saham BSMT Layak Untuk Dikoleksi

CNBC Indonesia Research, CNBC Indonesia
27 January 2023 07:42
Bank Sumatera Utara. (banksumut via detikcom)
Foto: Bank Sumatera Utara. (banksumut via detikcom)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (Bank Sumut) Tbk (BSMT) sebentar lagi melantai di BEI. Dengan valuasi yang masih rasional serta keunggulan BSMT dari sisi NIM yang tinggi, memesan IPO BSMT cukup menarik untuk dipertimbangkan khususnya untuk orientasi investasi jangka menengah-panjang.

Hingga saat ini proses IPO BSMT sedang berada di fase book building. Harga saham BSMT ditawarkan di harga Rp 350-510 per unit. Sebanyak 29.347.983 lot saham baru atas nama ditawarkan ke investor yang mewakili 23% modal ditempatkan dan disetor perseroan.

Apabila harga yang ditetapkan sebesar Rp 510 per unit maka perolehan dana mencapai hampir Rp 1,5 triliun. Dengan target pendanaan tersebut artinya BSMT divaluasi setara dengan kurang lebih 1,12x dari nilai buku per saham (Price to Book Value/PBV) saat IPO.

Apabila dibandingkan dengan peers-nya yang juga BPD yaitu BJBR dan BJTM yang sudah publik dan ditransaksikan 1,01x dan 0,98x PBV, maka valuasi BSMT masih tergolong rasional.

Mengacu pada prospektus perseroan, adapun penggunaan dana dari IPO akan dialokasikan untuk mendukung ekspansi bisnis terutama kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi sebesar 80%.

Sisanya 20% akan digunakan untuk perluasan jaringan dan pengembangan teknologi informasi guna menunjang kegiatan usaha perseroan termasuk layanan digital dengan rincian sebanyak 10% untuk belanja modal (capex) dan 10% untuk operational expenditure.

Untuk diketahui, BSMT merupakan BUMD yang secara permodalan sudah memenuhi ketentuan OJK Rp 3 triliun bahkan sebelum tenggat waktunya di 2024. Nilai modal inti BSMT apabila mengacu pada laporan keuangan September 2022 mencapai Rp 4,13 triliun dengan rasio KPMM 19,77%.

Sebagai bank milik Pemda, perseroan memiliki segmentasi nasabah nasabah, terdiri dari Aparatur Sipil Negara (ASN), perorangan, karyawan, koperasi, BUMD, BUMN, beserta institusi lainnya baik Pemerintah maupun swasta.

Berdasarkan informasi yang tertera di prospektus, per tanggal 30 Juni 2022, total dana pihak ketiga perseroan dikontribusi oleh dana-dana Pemerintah yang mencapai 34,42%, dana corporate sebesar 21,68% dan dana retail sebesar 43,90%.

Dari sisi bisnis lending-nya, perseroan tercatat telah menyalurkan pinjamannya kepada 183.800 debitur di seluruh daerah operasional Perseroan yang terdiri dari 41,63% kredit produktif, 58,37% kredit konsumtif.

"Penyaluran kredit terbesar kepada segmen konsumer, yaitu kredit kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pensiunan yang pembayaran gajinya melalui payroll Bank Sumut. Kredit ini merupakan captive market dengan profile risiko yang relative rendah dan margin keuntungan yang tinggi." Tulis prospektus BSMT.

Apabila dibandingkan dengan dua bank BPD lain yang sudah melantai di bursa yaitu BJBR dan BJTM, maka salah satu kinerja yang paling menonjol dari BSMT adalah rasio marjin bunga bersih (NIM).

Per September 2022, NIM BSMT mencapai 6,84% jauh lebih tinggi dibandingkan dengan BJBR dan BJTM yang keduanya berada di bawah 6%. Hal ini mengindikasikan bahwa BSMT lebih unggul dalam hal pricing suku bunganya baik untuk kredit maupun simpanan, meski secara size tidak sebesar BJBR dan BJBR.

Rasio 9M22

BSMT

BJBR

BJTM

KPMM

19.77%

17.74%

22.65%

CKPN/ Aset Keuangan Produktif

1.99%

1.26%

2.10%

NPL Gross

2.76%

1.07%

3.72%

NPL Net

1.48%

0.36%

0.99%

ROA

2.17%

1.88%

2.02%

ROE

17.38%

20.26%

15.85%

NIM

6.84%

5.83%

5.17%

BOPO

75.19%

78.66%

74.24%

CIR

59.33%

66.76%

35.33%

LDR

80.56%

88.16%

55.40%

Hal lain yang menonjol dari kinerja BSMT adalah kualitas aset. Dalam aspek ini, BSMT cenderung kalah baik dengan BJBR dan BSMT. Rasio NPL gross BSMT per September 2022 mencapai 2,76%. Memang rasio NPL gross BSMT lebih rendah dari BJTM yang mencapai 3,72%.

Namun jika melihat dari sisi rasio NPL neto yang hanya fokus pada kredit dengan kolektabilitas terendah atau kolektabilitas 5, rasionya merupakan yang paling tinggi. Sebenarnya hal ini masih bisa dikompensasi dengan rasio NIM yang relatif tinggi, sehingga bisa dikatakan masih relatif manageable.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(trp/trp)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation