
Mau IPO Tapi Kemahalan, Emiten Oli (LMAX) Tak Layak Beli?

- BEI akan kedatangan distributor oli pelumas mesin di awal Agustus
- Kinerja keuangan terakhir tampak baik, tetapi valuasi Lupromax (LMAX) tergolong mahal
- Persaingan sektoral ketat, manajemen perlu membuktikan ke investor bahwa LMAX siap bersaing dengan raksasa.
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Lupromax Pelumas Indonesia Tbk (LMAX) sedang dalam proses penawaran saham perdana (initial public offering/IPO). Secara valuasi, saham emiten distributor oli pelumas mesin kendaraan bermotor tersebut tergolong mahal (overvalued).
Secara kinerja, mengacu pada prospektus IPO perusahaan, Lupromax berhasil membukukan penjualan bersih Rp37,69 miliar pada 2022. Jumlah tersebut tumbuh 46,09% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode tahun penuh 2021.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya penjualan oli pelumas LMAX yang terdiri dari Pelumas Mobil, Pelumas Sepeda Motor, Pelumas Mesin Diesel, Pelumas Industri, Pelumas Transmisi dan Pelumas Additives.
Laba bersih LMAX juga naik menjadi Rp 2,58 miliar selama tahun lalu atau naik 133,88% dari perolehan laba tahun sebelumnya.
Dengan laba tersebut dan total aset Rp28,15 miliar per 31 Desember 2022, imbal hasil aset (return on assets/ROA) Lupromax terbilang baik, yakni 9,18% dan imbal hasil ekuitas (return on equity/ROE) yang menarik (23,18%).
Soal likuiditas, rasio lancar perusahaan menunjukkan jumlah aset lancar lebih tinggi dibandingkan kewajiban (liabilitas) jangkan pendek, ditandai dengan angka 1,62 kali.
Sedangkan, rasio solvabilitas Lupromax, misalnya debt-to equity ratio (DER), berada di angka 1,52 kali, masih dikisaran aturan umum (rule of thumb) 1-2 kali.
Menurut penjelasan perseroan, saat prospektus ini diterbitkan, LMAX sepenuhnya menggunakan modal sendiri dan keuntungan sebagai likuiditas perusahaan.
Seiring kontrak kerja yang saat ini didapatkan oleh LMAX, demikian kata manajemen, perseroan mencari tambahan dana dengan IPO. "Apabila dana tersebut masih kurang, maka Perseroan akan melakukan pinjaman kepada pihak ketiga," jelas manajemen.
Valuasi Mahal
Dengan harga IPO dipatok di rentang Rp160/saham hingga Rp200/saham, saham LMAX diperdagangkan 40,24 kali hingga 50,30 kali di atas laba perusahaan.
Tentu saja, rasio price-to earnings (PER) tersebut tergolong mahal, baik secara rule of thumb 10-15 kali maupun perusahaan sejenis di bursa (peers) 25,15 kali.
Demikian pula, kendati mendapatkan tambahan dana IPO sekitar Rp31,2 miliar hingga Rp39,0 miliar, rasio price-to book value (PBV) LAMX juga terbilang tinggi, yakni 2,46 kali hingga 2,59 kali. Angka rasio PBV ini di atas aturan umum 1 kali dan peers 2,30 kali.
Soal IPO LMAX
Dalam gelaran IPO, Lupromax akan melepas sebanyak 195 juta saham baru atau sebanyak-banyaknya 26,09% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Disebutkan dalam prospektus, harga yang ditawarkan kepada masyarakat sekitar Rp 160 - Rp 200 per saham. Sehingga nantinya perseroan berharap akan meraup dana segar sebesar Rp31,2 miliar hingga Rp39 miliar.
Perseroan secara bersamaan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 97,5 juta waran seri I yang menyertai saham baru atau sebanyak-banyaknya 13% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh pada saat pernyataan pendaftaran dalam rangka IPO ini disampaikan.
Waran Seri I diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang Saham Baru yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham pada Tanggal Penjatahan. Setiap pemegang 2 (dua) Saham Baru Perseroan berhak memperoleh 1 (satu) Waran Seri I dimana setiap 1 (satu) Waran Seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1 (satu) saham baru Perseroan yang dikeluarkan dalam portepel.
Waran Seri I adalah efek yang diterbitkan oleh Perseroan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk memesan Saham Biasa Atas Nama Perseroan yang bernilai nominal Rp20 setiap sahamnya dengan Harga Pelaksanaan sebesar antara Rp170 sampai dengan Rp180, yang dapat dilakukan 6 bulan atau lebih sejak tanggal penerbitan Waran Seri I di Bursa Efek sampai dengan 1 hari sebelum ulang tahun pertama pencatatan di Bursa, yang berlaku mulai tanggal 15 Januari 2024 sampai dengan tanggal 12 Juli 2024.
Pemegang Waran Seri I tidak mempunyai hak sebagai pemegang saham termasuk hak dividen selama Waran Seri I tersebut belum dilaksanakan menjadi saham.
Apabila Waran Seri I tidak dilaksanakan sampai habis masa berlakunya, maka Waran Seri I tersebut menjadi kedaluwarsa, tidak bernilai dan tidak berlaku. Masa berlaku Waran Seri I tidak dapat diperpanjang lagi.
Total dana dari Waran Seri I adalah sekurang-kurangnya Rp16.575.000.000 (enam belas miliar lima ratus tujuh puluh lima juta Rupiah) dan sebanyak-banyaknya Rp17.550.000.000 (tujuh belas miliar lima ratus lima puluh juta Rupiah).
Dalam memuluskan aksi korporasi ini, perseroan menunjuk PT Shinhan Sekuritas Indonesia sebagai penjamin dan pelaksana emisi efek.
Rencananya, hasil dana IPO setelah dikurangi biaya-biaya emisi efek, seluruhnya atau 100% akan digunakan untuk Modal Kerja Perseroan. Adapun modal kerja yang dimaksud adalah untuk pembelian persediaan dan biaya operasional, dengan perincian sebagai berikut:
1. Sebanyak-banyaknya 70% akan digunakan untuk pembelian persediaan
2. Sisanya akan digunakan untuk biaya operasional.
Sementara dana yang diperoleh dari pelaksanaan Waran Seri I akan digunakan seluruhnya oleh Perseroan untuk modal kerja.
Adapun jadwal sementara IPO sebagai berikut:
- Masa Penawaran Awal (Bookbuilding): 21 - 24 Juli 2023
- Perkiraan Tanggal Efektif: 31 Juli 2023
- Perkiraan Masa Penawaran Umum Perdana Saham: 2 - 7 Agustus 2023
- Perkiraan Tanggal Penjatahan: 7 Agustus 2023
- Perkiraan Tanggal Distribusi: 8 Agustus 2023
- Perkiraan Tanggal Pencatatan di BEI: 9 Agustus 2023
Profil LMAX
PT Lupromax Pelumas Indonesia pertama kali didirikan dengan nama PT. Karya Pelumas Indonesia dan berkedudukan di Kota Administrasi Jakarta Barat pada 2017.
Sejak 1 November 2017, PT Karya Pelumas Indonesia telah resmi berganti nama menjadi PT Lupromax Pelumas Indonesia.
Kegiatan usaha utama LMAX adalah Perdagangan Besar Bahan Bakar Padat, Cair Dan Gas Dan Produk YBDI (KBLI 46610).
Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar bahan bakar gas, cair, dan padat serta produk sejenisnya, seperti minyak bumi mentah, minyak mentah, bahan bakar diesel, gasoline, bahan bakar oli, kerosin, premium, solar, minyak tanah, batu bara, arang, ampas arang batu, bahan bakar kayu, nafta, bahan bakar nabati (biofuels) dan bahan bakar lainnya termasuk pula bahan bakar gas (LPG, gas butana dan propana, dan lainlain) dan minyak semir, minyak pelumas dan produk minyak bumi yang telah dimurnikan, serta bahan bakar nuklir.
Sedangkan, kegiatan usaha penunjang adalah Perdagangan Besar Suku Cadang Dan Aksesori Mobil (KBLI 45301).
Kelompok ini mencakup usaha perdagangan besar berbagai suku cadang, komponen dan aksesori mobil yang terpisah dari perdagangannya, seperti karet ban dan ban dalam, busi mobil, baterai (aki), perlengkapan lampu dan bagian-bagian kelistrikan.
Sejak April 2017, LMAX dipercaya untuk menjadi Exclusive Distributor untuk LUPROMAX Lubricants di Indonesia.
Lupromax sendiri dikembangkan oleh Magna International.
Dikutip dari website Lupromax, Magna Group adalah salah satu pemimpin terkemuka dalam bidang khusus teknologi pencegahan korosi dan pelumas aditif.
Berdiri sejak 1990, Magna Group telah berkembang pesat dan memasuki berbagai industri seperti layanan engineering. Kendati melebarkan bisnis ke berbagai industri, Magna tidak meninggalkan bisnis intinya yaitu spesialis dalam pelumas aditif dan teknologi pencegah korosi.
Dengan kantor pusat di Singapura, tim Research & Development Magna terus menerus menciptakan solusi kimia baru dan kiat meningkatkan produk-produk yang telah ada, dengan merek dagang MAGNA™, VAPPRO™, LEGIONELLA-X™ dan LUPROMAX™.
Sejak Juni 2010, Magna International mulai mengembangkan jaringan distribusinya untuk memasarkan dan mengembangkan produk LUPROMAX™ pada sektor retail dan otomotif di Indonesia.
Pada awal tahun 2011, sebuah awal yang baru dimulai dengan peluncuran produk-produk Aditif LUPROMAX untuk kendaraan otomotif, seperti LUPROMAX Engine Additive, hingga LUPROMAX X5 Super Penetrant dan produk-produk unggulan lainnya dari LUPROMAX.
Prospek dan Tantangan Bisnis
Industri pelumas di Indonesia memiliki peran penting dalam mendukung berbagai sektor industri di negara ini. Berbagai merek baik dari dalam negeri maupun luar negeri bersaing untuk memenuhi kebutuhan pelumas di Indonesia.
Persaingan dalam industri pelumas di Indonesia sangat ketat, baik dari merek-merek terkenal dalam negeri maupun dari luar negeri.
Beberapa pesaing besar termasuk LMAX, Pertamina Lubricants sebagai anak perusahaan dari Pertamina, yang merupakan produsen pelumas terbesar dan produsen oli kendaraan terbesar di Indonesia.
Selain itu, ada juga merek-merek asing seperti Shell Indonesia, Total Indonesia, Castrol Indonesia, ExxonMobil Indonesia, dan Chevron Indonesia.
Di samping perusahaan-perusahaan besar tersebut, ada juga produsen pelumas lokal seperti Federal Karyatama, Prima Mandiri, Pacific Lubritama, dan beberapa lainnya.
LMAX harus berhati-hati dan berkompetisi dengan baik agar tidak kehilangan pelanggan.
Beberapa risiko yang dapat mempengaruhi kinerja LMAX termasuk perubahan peraturan pemerintah, standarisasi produk, fluktuasi harga minyak bumi, dan fluktuasi nilai tukar rupiah.
Khusus untuk fluktuasi harga minyak bumi dan nilai tukar rupiah, karena LMAX mengimpor base oil sebagai bahan baku untuk produksi pelumas, kenaikan harga minyak dan pelemahan rupiah dapat meningkatkan biaya produksi perusahaan dan berdampak pada kinerja keuangan di masa depan.
Aspek pemasok juga sangat penting bagi LMAX karena bahan baku memiliki pengaruh besar terhadap keandalan produksi.
LMAX mengaku sangat memperhatikan kualitas dan jadwal pengiriman bahan baku.
Saat ini, pasokan bahan utama disediakan oleh Grup Magna Internasional untuk zat aditif yang dibutuhkan oleh LMAX. Sementara itu, beberapa perusahaan lain menyuplai bahan penunjang.
Untuk mengurangi risiko gangguan pasokan, LMAX berusaha untuk melakukan pembayaran tepat waktu dan menjaga hubungan baik dengan pemasok.
Selain itu, LMAX telah menjalin kerja sama dengan Grup Magna International hingga tahun 2026, yang dapat diperpanjang, dan telah mengamankan harga beli zat aditif selama 2 tahun ke depan.
Dengan berkaca pada valuasi yang mahal dan ketatnya persaingan LMAX ke depan, kendati tetap memiliki prospek yang cerah, tidak membeli saham IPO LMAX mungkin pilihan yang baik saat ini. Kecuali, jika LMAX sudah mulai menunjukkan taji di masa depan dan memiliki valuasi yang jauh lebih murah dari saat ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(trp)