
Gerak IHSG Terimbas Gaya Tarik Menarik Big Four

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan saham empat bank raksasa (big four) terpantau kembali beragam pada perdagangan sesi I Selasa (24/1/2023). Pergerakan ini muncul jelang perilisan kinerja keuangan pada kuartal IV-2022 dan full year 2022.
Berikut pergerakan bank big four pada perdagangan sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Negara Indonesia | BBNI | 9.125 | 1,11% |
Bank Central Asia | BBCA | 8.325 | 0,30% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | 4.640 | -0,22% |
Bank Mandiri | BMRI | 9.900 | -0,75% |
Sumber: RTI
Hingga pukul 10:34 WIB, Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terpantau menguat, dengan masing-masing 1,11% dan 0,3%.
Namun untuk saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terpantau terkoreksi, masing-masing 0,22% dan 0,75%.
Pergerakan saham bank big four yang cenderung beragam terjadi jelang rilis laporan keuangan pada kuartal IV-2022 dan full year 2022.
Pada pekan ini, laporan keuangan BBNI, BBCA, dan BMRI direncanakan akan dirilis, di mana BBNI rencananya akan dirilis pada Kamis mendatang, sedangkan BBCA dan BMRI pada Jumat mendatang.
Selain itu, rencana Bank Indonesia (BI) yang tidak akan menaikkan suku bunga lagi juga turut mempengaruhi pergerakan beberapa saham perbankan.
Sebelumnya pada pertemuan BI pekan lalu, Gubernur BI Perry Perry Warjiyo dan koleganya mengindikasikan tidak akan menaikkan suku bunga jika tidak ada informasi yang extraordinary. Adapun indikasi ini terjadi setelah BI menaikkan kembali suku bunga acuannya.
"Kenaikan 225 bp adalah yang terukur. Kenaikan secara akumulatif ini memadai untuk memastikan inflasi inti tidak akan lebih tinggi dari 3,7% pada Semester I-2023," tutur Perry, dalam konferensi pers pengumuman Hasil RDG Januari 2023, Kamis (19/1/2023) pekan lalu.
"Kalau tidak ada informasi yang extraordinary, yang kita tidak bisa kita lihat dan kondisi di luar perkiraan, maka kata memadai sudah bisa menjawab pertanyaan tersebut," imbuh Perry menjawab pertanyaan apakah BI masih akan menaikkan suku bunga ke depan.
Di sisi lain, inflasi yang menurun di Amerika Serikat (AS) membuat pasar melihat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya.
Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di AS pada Desember 2022 dilaporkan tumbuh 6,5% (year-on-year/yoy), jauh lebih rendah dari sebelumnya 7,1%. CPI tersebut juga menjadi yang terendah sejak Oktober 2021.
CPI inti yang tidak memasukkan sektor energi dan makanan dalam perhitungan juga turun menjadi 5,7% dari sebelumnya 6%, dan berada di level terendah sejak Desember 2021.
Pasar kini memprediksi The Fed akan mulai mengendurkan kebijakan moneternya. Polling CME Group Data menunjukkan kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga 25 basis poin (bp) kini mengarah 100%.
Sebagai catatan, The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 425 bp sejak Maret 2022 menjadi 4,25-4,50%.
The Fed menaikkan suku bunga secara agresif sebesar 75 bp pada periode Juni, Juli, September, dan Oktober 2022. Kenaikan suku bunga diturunkan sebesar 50 bps pada Desember 2022.
The Fed akan menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 31 Januari-1 Februari 2023.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)