
Ada Pengumuman Suku Bunga BI, Rupiah Bisa ke Rp 15.000/US$?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat 0,49% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 15.085/US$ Rabu kemarin. Sementara pada perdagangan Kamis (19/1/2023) perhatian tertuju pada pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia mayoritas memproyeksikan kenaikan suku bunga acuan. Namun yang menarik beberapa memperkirakan bank sentral akan menahan suku bunga acuan.
Dari 13 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan mengerek mengerek BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 menjadi 5,75%.
Sebanyak tiga institusi/lembaga memproyeksi BI akan menahan suku bunga di level 5,50%.
Hal ini membuat pelaku pasar menaruh perhatian penuh, sebab jika suku bunga ditahan, tentunya ada risiko rupiah kembali tertekan.
Secara teknikal, rupiah kini berada di dekat Rp 15.090/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan.
Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Rupiah yang disimbolkan USD/IDR sukses kembali ke bawah rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50), MA 100 tetapi kembali ke atas MA 200.
Namun, beberapa indikator juga menunjukkan risiko koreksi rupiah.
Indikator Stochastic pada grafik harian mulai bergerak turun masuk wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic yang mencapai jenuh jual tentunya memperbesar risiko koreksi.
![]() Foto: Refinitiv |
Selain itu, penguatan tajam pada perdagangan Kamis (12/1/2023) hingga Senin kemarin membuat rupiah membentuk gap, atau posisi pembukaan perdagangan yang jauh lebih rendah dari penutupan hari sebelumnya.
Secara teknikal, pasar biasanya akan menutup gap tersebut, yang artinya risiko koreksi bertambah.
Jika kembali bergerak di atas Rp 15.090/US$ rupiah berisiko melemah ke Rp 15.200/US$ - Rp 15.230/US$. Jika level tersebut ditembus dengan konsisten, rupiah berisiko melemah lebih jauh.
Sementara untuk kembali menguat lebih jauh rupiah perlu konsisten lagi ke bawah Rp Fibonacci Retracement 50%, dengan target hari ini ke menguji kembali level psikologis Rp 15.000/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
