China dan India Bakal Borong Batu Bara, Harganya Nanjak Lagi
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara merangkak naik. Pada perdagangan Selasa (17/1/2023), harga batu kontrak Februari di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 330 per ton. Harganya menguat 1,19% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.
Penguatan kemarin menjadi kabar baik setelah batu bara melandai pada Jumat pekan lalu hingga Senin pekan ini. Pada dua hari tersebut, harga batu bara ambruk 4,9%.
Harga batu bara menguat mengikuti kenaikan harga gas. Kenaikan harga pasir hitam juga ditopang oleh menurunnya produksi batu bara China serta peningkatan permintaan dari India.
Harga gas alam EU Dutch TTF (EUR) menguat 8,31% sehari kemarin ke posisi 60,06 euro per mega-watt hour (MWh) pada perdagangan kemarin. Menguatnya harga gas kembali menguat karena ada kekhawatiran mengenai pasokan gas tahun ini karena permintaan dari Asia diproyeksi meningkat.
Pasokan gas di Eropa masih berada di kisaran 80% tetapi cuaca yang lebih dingin pada pekan ini bisa mengikis persediaan. Namun, permintaan gas dari Asia juga diperkirakan meningkat sehingga ada kekhawatiran pengiriman ke Eropa akan terganggu.
"Permintaan dari China tentu saja akan meningkat tahun ini meskipun belum setinggi pada 2021," tutur analis Baker Botts LLP, Rob Butler, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, produksi batu bara dari China mencapai 402,69 juta ton, setara dengan 12,99 juta ton per hari pada Desember 2022. Produksi tersebut melandai dibandingkan November 2022 yang tercatat 13,04 juta ton.
Meningkatnya kasus Covid-19 di China memaksa pertambangan mengurangi produksi karena banyaknya pekerja yang terinfeksi Covid-19.
Secara keseluruhan produksi batu bara Tiongkok menembus 4,496 miliar ton pada 2022 atau meningkat 9% dibandingkan 2021.
Produksi batu bara diharapkan meningkat menjadi 5,05 miliar ton pada 2023 untuk mengantisipasi kenaikan permintaan dan aktivitas ekonomi.
Harga batu bara juga menguat karena proyeksi kenaikan permintaan dari India. Pasokan batu bara di pembangkit listrik di India ada di kisaran 12 hari, lebih rendah dibandingkan yang seharusnya yakni 24 hari.
"Saat ini, 31% dari pembangkit listrik batu bara di India menghadapi fase krisis karena kekurangan pasokan," tutur analis dari Wood Mackenzie, Abhishek Rakshit, dikutip dari India Times.
India menggantungkan 70% produksi listriknya dari pembangkit batu bara. CRISIL Market Intelligence dan Analytics memperkirakan impor batu bara India akan meningkat 50-60% pada April-Desember 2023. Kenaikan impor untuk mengantisipasi kenaikan permintaan sekaligus menghindari krisis energi seperti tahun lalu.
Sebagai catatan, utilitas India telah mengimpor 42 juta ton batu bara pada April-November 2022, naik 11,9% dibandingkan periode yang sama 2021.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)