IHSG Terbang 5 Menit Sesi I Berakhir, 9 Saham Ini Diborong

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melesat lebih dari 1% pada penutupan perdagangan sesi I Kamis (12/1/2023), setelah selama beberapa hari sebelumnya sempat terkoreksi.

Per pukul 11:30 WIB, IHSG melesat 1,06% ke posisi 6.654. IHSG pun kembali diperdagangkan di level psikologis 6.600 pada hari ini.

Secara sektoral, sektor financial menjadi penopang terbesar IHSG pada hari ini, yakni hingga mencapai 2,52%. Berikutnya ada sektor consumer discretionary yang juga membantu indeks hingga 1,99%.

Selanjutnya ada sektor utilitas sebesar 1,48%, industri dasar 1,4%, dan properti sebesar 1,29%.

Di lain sisi, ada beberapa saham yang menjadi penopang kenaikan IHSG pada sesi I hari ini hingga berhasil melesat lebih dari 1%, di mana saham bank raksasa atau 'big four' mendominasi.

Berikut saham-saham yang menjadi penopang IHSG.

Sumber: Refinitiv & RTI

Dari deretan top movers di atas, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada akhirnya menjadi penopang IHSG terbesar pada perdagangan sesi I hari ini, yakni mencapai 20,455 indeks poin. Saham BMRI pun melonjak 4,75% ke posisi harga Rp 9.375.

Di posisi kedua, masih diduduki oleh saham bank big four yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang juga membantu IHSG hingga berhasil melesat lebih dari 1%, yakni mencapai 16,26 indeks poin. Saham BBRI juga melesat 2,97% menjadi Rp 4.510/unit.

Tak hanya saham bank big four saja, beberapa saham big cap juga turut membantu IHSG pada sesi I hari ini, seperti saham PT Astra International Tbk (ASII) yang membantu IHSG sebesar 5,93 indeks poin. Lalu ada saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang menopang indeks mencapai 5,77 indeks poin.

Terakhir, ada saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang juga menjadi 'penyelamat' IHSG sebesar 2,04 indeks poin.

IHSG bergerak selaras dengan bursa acuan Amerika Serikat (AS), Wall Street yang kompak ditutup positif pada perdagangan Rabu kemarin waktu setempat dan memberikan angin segar terhadap gerak IHSG.

Saat ini, investor menanti rilis data inflasi di AS yang rencananya akan dirilis malam nanti waktu Indonesia. Mereka berharap bahwa inflasi dapat terus turun sehingga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dapat merubah sikapnya menjadi dovish.

Konsensus Trading Economics memperkirakan tingkat inflasi melandai menjadi 6,5% secara tahunan (yoy), turun dari 7,1% sebulan sebelumnya.

Data inflasi terbaru ini akan menjadi faktor penting dalam pertemuan The Fed berikutnya, yang dimulai pada 31 Januari mendatang.

Federal-funds futures, yang digunakan oleh investor dan pedagang sebagai barometer potensi kenaikan suku bunga acuan menunjukkan peluang 77% bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp), menurut CME Group.

Jika sesuai ekspektasi, maka kenaikan tersebut akan menjadi pelambatan dari kenaikan 50 basis poin pada bulan lalu dan menandai kenaikan suku bunga terkecil sejak Maret 2022.

Namun, pejabat The Fed sejauh ini telah mengindikasikan bahwa mereka belum selesai dengan kenaikan suku bunga. Ketua The Fed, Jerome Powell pada Selasa lalu mengatakan bahwa bank sentral tetap berkomitmen untuk menurunkan inflasi dengan menahan pertumbuhan ekonomi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.