
Saham WMUU Nyaris Gocap & Gak Ada Yang Nawar Beli

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten perunggasan yakni PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) lagi-lagi kembali ambles dan sentuh batas auto reject bawah (ARB) pada perdagangan sesi I Rabu (11/1/2023).
Per pukul 11:30 WIB, saham WMUU kembali ambles 5,56% ke posisi Rp 51/saham. Bahkan, saham WMUU kembali menyentuh ARB pada perdagangan sesi I hari ini.
Hampir 10 hari beruntun saham WMUU terkoreksi parah dan nyaris 9 hari terakhir WMUU menyentuh ARB. Saham WMUU sendiri sudah terkoreksi parah sejak 28 Desember 2022, sejaki itu hingga kini, saham WMUU sudah terkoreksi hingga 47,42%.
Amblesnya saham WMUU selama berhari-hari hingga saham WMUU juga mencetak ARB berjilid-jilid membuat otoritas bursa akhirnya memantau saham ini.
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Bursa Efek Indonesia (BEI), Kristian Sihar Manullang menanggapi soal saham WMUU.
Kristian mengatakan bahwa pihaknya terus memantau dan siap melakukan pengawasan.
"Bursa melakukan pemantauan atas setiap transaksi perdagangan saham yang terjadi di bursa dan akan melakukan tindakan pengawasan apabila diperlukan," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (10/1/2023).
Dari amblesnya WMUU, nama Tumiyana pun terseret karena posisinya sebagai pemilik sekaligus Komisaris Utama WMUU yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).
Di media sosial, banyak investor WMUU yang mencari dan menggeruduk Tumiyana. Ada yang bertanya kenapa saham emiten miliknya jeblok terus bahkan sampai ada yang meminta pertanggungjawaban dirinya.
Tumiyana sendiri memang bukan orang baru di dunia bisnis. Tumiyana terbilang terkenal di industri konstruksi Indonesia. Ia belajar teknik sipil di Universitas Borobudur dan memperoleh gelar Magister Administrasi Bisnis di JIMS.
Ia memulai karir profesionalnya di PT PP Persero dan karena bakatnya yang tajam, ia menjadi manajer proyek termuda di perusahaan tersebut.
Menjabat sebagai Direktur Keuangan PT PP (Persero) dari 2008 hingga 2016 dan Direktur Utama di perusahaan yang sama dari 2016 hingga 2018) dan kemudian menjadi Direktur Utama PT Wika Persero (2018 - 2020). Pada periode yang sama beliau juga menjabat sebagai Komisaris Utama PT Kereta Cepat China Indonesia 2018 - 2020).
Tumiyana juga sempat digadang-gadang menjadi Kepala Otoritas Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, sebelum akhirnya Bambang Susantono yang terpilih.
Bahkan, belakangan ini masih menurut netizen, namanya digosipkan masih berminat untuk mengisi posisi tersebut di 2024 dan bakal bersaing dengan Mantan Gubernur DKI Jakarta, yang kini menjabat Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaya Purnama.
Patut diketahui, sejak akhir tahun lalu, Tumiyana juga terlihat melakukan penjualan saham WMUU melalui transaksi pasar negosiasi di Bursa Efek lndonesia sebanyak 323,31 juta lembar saham.
Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pelaksanaan transaksi melalui pasar negosiasi di Bursa Efek lndonesia dilakukan pada tanggal 15 hingga 19 Desember 2022.
Pada periode tersebut, harga saham perseroan berada di harga Rp 96 hingga Rp 97 per lembar saham.
Sehingga, saham Tumiyana berkurang dari sebelumnya 458.710.000 saham atau 3,54% menjadi 135.392.900 atau 1,05% lembar saham di WWMU. Adapun transaksi tersebut dilakukan dalam rangka realisasi investasi.
Terbaru, Tumiyana kembali mengurangi porsi saham Widodo Makmur Perkasa (WMPP). Kali ini, Tumiyana mendivestasi 90.104.300 helai atau 90,1 juta lembar. Aksi penjualan dibantu Surya Fajar Sekuritas, dan Bank Mandiri.
Dengan pelaksanaan transaksi itu, tabulasi saham bos yang berlamat Jalan Buni Gang Salak, Munjul, Cipayung, Jakarta Timur (Jaktim) berkurang sedikit. Tepatnya, menjadi 6,33 miliar lembar alias setara dengan porsi kepemilikan sebanyak 21,53%.
Sementara itu dari orderbook-nya, sudah ada 336.860 lot transaksi di saham WMUU hingga pukul 11:30 WIB.
Dari order bid atau beli, belum ada antrian yang kembali tercantum, menandakan bahwa saham WMUU kembali menyentuh ARB. Adapun dari order offer atau jual, terdapat 1,32 juta lot antrian jual di harga Rp 51/saham.
Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)