Macro Insight

Siap-Siap, Menunggu Aliran Masuk Modal Asing Pekan Ini

Maesaroh, CNBC Indonesia
09 January 2023 11:13
Duh Rupiah! Awal Tahun Rp 14.200/US$, Kini Rp 15.600/US$
Foto: Infografis/Duh Rupiah! Awal Tahun Rp 14.200/US$, Kini Rp 15.600/US$ /Aristya Rahadian

- Kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang mulai menaikkan suku bunga secara moderat serta dibukanya kembali perbatasan China menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan Indonesia.

- Sentimen positif dari AS dan China diharapkan mampu meningkatkan arus modal asing ke pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia.

Dengan kenaikan suku bunga acuan The Fed yang lebih moderat maka investor diharapkan mengalihkan sebagian modalnya yang saat ini ditanam di AS ke negara berkembang.

Pasalnya, appetite untuk membeli dolar AS ataupun obligasi pemerintah AS kini berkurang sejalan dengan proyeksi melemahnya dolar AS dan yield surat utang pemerintah AS.

Pada Senin (9/1/2023) pukul 06: 30 WIB, indeks dolar melemah ke 103,85, posisi terendahnya sepanjang tahun ini.
Yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun juga melandai ke 3,57% atau terendah sejak 16 Desember 2022 atau lebih dari tiga pekan.

Seperti diketahui, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis points pada Desember 2022 menjadi 4,25-4,5%.

Kenaikan sebesar 50 bps tersebut mengakhiri kenaikan agresif sebesar 75 bps selama empat kali pertemuan sebelumnya (Juni, Juli, September, Oktober 2022).


- Dibukanya kembali perbatasan China juga akan menjadi sentimen positif mengingat Tiongkok adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia setelah AS.

Dengan dibukanya kembali perbatasan maka pemulihan ekonomi Negara Tirai Bambu diharapkan bisa semakin cepat.
China adalah pusat dari perkembangan ekonomi Asia sehingga kecepatan pemulihan ekonomi mereka akan sangar berdampak kepada permintaan ekspor serta investasi Tiongkok di Asia.

-Arus modal asing sudah kembali masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) tetapi di pasar saham justru masih tercatat net sell.

Data Bank Indonesia (BI) berdasarkan transaksi 2-5 Januari 2023 menunjukkan investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 8,05 triliun.  Di pasar SBN, investor asing masih mencatat net buy sebesar Rp 9,74 triliun sebaliknya di pasar saham tercatat net sell sebesar Rp 1,68 triliun.

Masih tercatatnya aksi jual pada pasar saham ini terbilang di luar kebiasaan. Pada tahun-tahun sebelumnya, pasar saham biasanya mencatat net buy pada pekan pertama Januari.

Pada pekan pertama Januari 2022, di pasar saham net buy sebesar Rp 2,19 triliun sementara pada pekan pertama Januari 201 tercatat net buy Rp 1,03 triliun dan pada awal Januari 2020 sekitar Rp 1 triliun.



-Memasuki pekan kedua, rupiah mulai menguat terhadap dolar AS.

Pada Senin (9/1/2022) pukul 09: 05 WIB, nilai tukar rupiah menguat 0,38% terhadap dolar AS ke posisi Rp 15.570/US$1. Rupiah juga menguat tipis 0,03% sepanjang pekan.

Meskipun membaik, kinerja rupiah masih jauh tertinggal dibanding mata uang ASEAN lain seperti ringgit Malaysia yang menguat 0,74% sepekan, baht Thailand yang naik 2,95% serta dolar Singapura yang menguat sebesar 0,65%.

Penguatan rupiah salah satunya ditopang oleh mulai masuknya arus modal asing ke pasar SBN.

Merujuk data Kementerian Keuangan, kepemilikan asing pada SBN tradeable Indonesia meningkat tipis menjadi Rp 762,9 triliun per 30 Desember 2022 atau 14,36% menjadi Rp 764,74 triliun atau 14,4%.

Kencangnya inflow juga menurunkan yield SBN. Imbal hasil seri benchmark SUN tenor 10 tahun turun menjadi 6,94% pada hari ini dari 7,05% pada Selasa (3/1/2023).

- Kendati  sudah memasuki pasar SBN di pasar sekunder, minat investor asing pada lelang perdana Surat Utang Negara (SUN) pada pekan lalu justru sepi.

Total penawaran yang masuk dalam lelang SUN  Selasa (2/1/2023) mencapai Rp 28,32 triliun. Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak lelang perdana pada 2016 yang tercatat Rp 26,20 triliun.

Secara historis, lelang perdana biasanya mendatangkan minat yang sangat tinggi, bahkan tertinggi dalam tahun tersebut.

Jumlah penawaran yang datang dari investor asing mencapai Rp 4,31 triliun. Jumlah tersebut adalah yang terendah setidaknya sejak lelang perdana pada 2016 atau dalam tujuh tahun terakhir.

Jumlah penawaran pada lelang pekan depan diharapkan mulai naik sejalan dengan banyaknya sentimen positif di pasar keuangan dalam negeri.

- Prospek ekonomi yang masih cerah dan melandainya inflasi diharapkan meningkatkan appetite lebih kepada investor asing untuk menaruh modalnya di pasar SBN, pasar mata uang, ataupun pasar saham domestik.

Ekonomi Indonesia diperkirakan akan menyentuh 5,2% pada 2022 atau kembali ke level historisnya sebelum pandemi. Sementara itu, inflasi juga terus menurun menjadi 5,51% pada Desember 2022, dari 5,95% pada September 2022.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Utang Luar Negeri RI Turun, Dari China Sisa Berapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular