
Inflasi AS & China Bakal Jadi Sentimen Utama Pekan Depan

Pertama yakni respons pasar dari rilis data tenaga kerja non-farm payrolls (NFP) dan unemployment rate yang dipublikasikan Jumat lalu.
Data NFP AS per Desember 2022 naik 223.000, dari sebelumnya pada November 2022 sebesar 256.000.
Di lain sisi, tingkat pengangguran di AS pada Desember 2022 terpantau turun menjadi 3,5%, dari sebelumnya sebesar 3,6% pada November 2022.
Selain data tenaga kerja, data non-manufaktur AS dari survei purchasing manager's index (PMI) ISM menunjukkan bahwa sektor tersebut di AS juga menurun menjadi 49,6 pada Desember 2022, dari sebelumnya di angka 56,5 pada November 2022.
Alhasil, sektor non-manufaktur masuk ke zona kontraksi. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.
Dengan masih kuatnya data tenaga kerja dan kontraksinya sektor non-manufaktur, maka potensi The Fed masih menaikkan suku bunga acuannya masih cukup besar, meski lajunya kemungkinan diperlambat.
Kedua yakni data inflasi China periode Desember 2022. Diprediksi, inflasi China bakal kembali naik menjadi 2% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm) diprediksi juga naik menjadi 0,1% pada Desember 2022.
Tak hanya China, inflasi periode Desember 2022 juga akan dirilis di AS pada pekan depan, di mana inflasi Negeri Paman Sam diprediksi kembali melandai menjadi 6,5% (yoy).
Data inflasi AS ini akan menjadi acuan The Fed untuk menentukan langkah selanjutnya dari kebijakan moneter.
Ketiga, pidato Ketua The Fed, Jerome Powell. Pada risalah The Fed pekan ini, mereka menegaskan masih akan bersikap hawkish, selama data ketenagakerjaan masih cenderung positif.
Keempat yakni data pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) Inggris secara bulanan, di mana PDB Inggris pada November 2022 diprediksi turun menjadi -0,2%.
Kelima, data neraca perdagangan China periode Desember 2022, di mana angka tersebut diprediksi naik menjadi US$ 80 miliar. Adapun dari ekspor-impor China, keduanya diprediksi membaik pada Desember 2022.
Keenam adalah data sentimen konsumen University of Michigan periode Januari 2022, di mana data ini juga dapat dijadikan acuan untuk menilai keadaan ekonomi AS. Diprediksi, sentimen konsumen ini akan cenderung naik menjadi 60, dari sebelumnya pada Desember 2022 di angka 59,7.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)[Gambas:Video CNBC]