Asing Bawa Duit Kabur Rp 21 Triliun, Rupiah Sulit Menguat

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 January 2023 09:21
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah membuka perdagangan Kamis (5/1/2022) dengan menguat 0,1% melawan dolar Amerika Serikat (AS). Tetapi dalam waktu singkat, penguatan langsung terpangkas.

Pada pukul 9:05 WIB, rupiah ditransaksikan di kisaran Rp 15.585/US$, stagnan dibandingkan penutupan perdagangan Rabu kemarin, berdasarkan data Refinitiv.

Indeks dolar AS yang turun 0,26% pada perdagangan Rabu, dan berlanjut 0,23% pagi ini membuat rupiah sempat menguat.

Indeks dolar AS masih merosot meski rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) menunjukkan suku bunga akan kembali dinaikkan dan ditahan dalam waktu yang cukup lama.

"Partisipan pada umumnya melihat kebijakan moneter yang ketat perlu dipertahankan sampai data memberikan keyakinan inflasi berada pada jalur penurunan menuju 2%, yang tentunya memerlukan waktu lebih lama," tulis notula The Fed yang dirilis dini hari tadi.

Indeks dolar AS yang jeblok mengindikasikan pasar sudah price in akan sikap The Fed tersebut, tidak ada perbedaan signifikan ketimbang pengumuman kebijakan moneter Desember lalu.

Namun, investor asing yang kabur dari pasar saham Indonesia membuat rupiah sulit menguat. Aksi jual bersih asing yang cukup besar senilai Rp 498,82 miliar terjadi di pasar reguler kemarin.

Kaburnya investor asing dari pasar saham RI sudah terjadi sejak Desember lalu, data pasar menunjukkan terjadi net sell hingga Rp 20,9 triliun. Jika ditambah dengan yang terjadi di awal tahun ini, nilainya menjadi lebih dari Rp 21 triliun.

Hal ini tentunya berbanding terbalik dengan yang terjadi di pasar obligasi. Sepanjang Desember tercatat ada inflow sebesar Rp 25 triliun, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan.

Pada 2 dan 3 Januari 2023, inflow juga tercatat sebesar Rp 2,5 triliun, sehingga sejak Desember nilainya sebesar 27,5 triliun.

Pergerakan modal asing di pasar saham dan obligasi berlawan arah sejak awal tahun lalu. Ketika inflow terjadi di pasar saham, obligasi justru terjadi outflow yang masif. Kini, kebalikannya terjadi, rupiah pun menjadi kesulitan menguat.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular