Habis Tenaga, Rupiah Lesu Di Saat Mata Uang Asia Menguat

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
04 January 2023 11:23
penukaran uang, rupiah
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah tertekan oleh dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Rabu (04/01/2023), meski mayoritas mata uang di Asia sukses terapresiasi.

Mengacu pada data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan rupiah terkoreksi tipis 0,03% ke Rp 15.600/US$. Kemudian rupiah stagnan hingga pada pukul 11:00 WIB di Rp 15.600/US$.

Investor global tampaknya masih menantikan rilis risalah pertemuan bank sentral AS/Federal Reserve pada Desember 2022 silam. Pasalnya, risalah tersebut dapat mengindikasikan arah kebijakan moneter yang akan ditempuh oleh bank sentral yang paling powerful di dunia tersebut.

Di sepanjang 2022, The Fed telah sangat agresif menaikkan suku bunga acuannya sebesar 425 basis poin dan mengirim tingkat suku bunga Fed menjadi 4,25%-4,5%. Adapun tingkat suku bunga tersebut menjadi yang tertinggi sejak 2008 silam.

The Fed bertujuan untuk menurunkan angka inflasi ke target 2%. Namun, angka inflasi tersebut masih tinggi. Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) melaporkan angka inflasi yang diukur dari Indeks Harga Konsumen (IHK) per November 2022 yang berada di 7,1% secara tahunan (yoy).

Kendati begitu, angka inflasi tersebut terus melandai dari bulan sebelumnya di 7,7% yoy. Hasil itu sekaligus menandai penurunan inflasi selama 5 bulan berturut-turut.

Baru-baru ini, Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva memberikan peringatan bahwa tahun ini akan menjadi tahun yang sulit karena AS, Eropa dan China akan mengalami aktivitas perekonomian yang melemah.

Ketiga negara tersebut merupakan mesin utama pertumbuhan ekonomi global. Sehingga jika perekonomiannya melemah, tentunya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara lainnya.

Bahkan pada Oktober silam, IMF telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2023, menunjukkan hambatan yang terus berlanjut dari perang di Ukraina serta tekanan inflasi dan suku bunga tinggi.

Meski potensi resesi membayangi di AS, tampaknya the Fed belum akan menghentikan kenaikan suku bunga acuannya di tahun ini. Melansir konsensus pasar dari CME Group, pada pertemuan Februari 2023, sebanyak 68,3% analis memprediksikan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps dan akan mengirim tingkat suku bunga menjadi 4,5%-4,75%.

Di Asia, mayoritas mata uang sukses menguat, hanya ringgit Malaysia yang stagnan.

Penguatan mata uang di Asia dipimpin oleh baht Thailand dan yen Jepang yang menguat masing-masing sebesar 0,38% dan 0,27% terhadap dolar AS. Kemudian disusul oleh dolar Singapura dan yuan China.

Sedangkan rupee India menjadi mata uang yang terkoreksi paling tajam sebesar 0,08% terhadap dolar AS. Disusul oleh dolar Hong Kong dan rupiah sebesar 0,04% dan 0,03%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Suku Bunga Fed Bisa Makin Jelas Besok, Rupiah KO Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular