
Sentimen Global Kondusif, Tapi Gak Bikin Rupiah Ngegas!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah sempat menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) sebelum akhirnya terkoreksi pada pertengahan perdagangan Rabu (28/12/2022). Sejalan dengan mayoritas mata uang di Asia.
Mengacu pada data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan rupiah terapresiasi 0,03% ke Rp 15.655/US$. Sayangnya, rupiah kembali terkoreksi 0,22% ke Rp 15.695/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Terkoreksinya Mata Uang Garuda tampaknya terbebani oleh laju indeks dolar AS yang kembali bertenaga di pasar spot. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kinerja dolar terhadap enam mata uang dunia lainnya, terpantau menguat 0,14% ke posisi 104,32.
Kendati begitu, analis menilai bahwa dolar AS kini berada di persimpangan sebab ketika AS mengalami resesi, tentu para investor akan membuang dolar AS. Namun, hal sebaliknya jika resesi global terjadi di global, dolar AS akan kembali diburu.
"Dolar berada dalam situasi yang sangat menarik," kata Manajer Cabang State Street di Tokyo Bart Wakabayashi dikutip Reuters.
"Jika kita mengalami resesi di AS, Fed harus memangkas suku bunga, dan jelas Anda ingin menjual dolar," katanya. "Pada saat yang sama, jika ada resesi global, orang akan membeli dolar sebagai surga. Jadi dolar berada dalam sedikit teka-teki, dan Anda harus benar-benar berhati-hati dengan mata uang apa yang Anda beli atau jual," tambahnya.
Namun, sentimen global mulai kondusif, ditambah dengan pelonggaran zero covid di China. China akan mencabut persyaratan karantina untuk semua pelancong yang datang dari luar perbatasan negara mulai 8 Januari 2023. Kabar tersebut diumumkan Komisi Kesehatan Nasional (NHC) awal pekan ini.
Negara itu juga akan menghapus semua tindakan pembatasan Covid lainnya untuk pelancong, termasuk karantina untuk pasien positif dan pelacakan kontak.
Pihak berwenang mengatakan kebijakan baru itu adalah bagian dari cara baru China dalam menangani Covid.
Meski begitu, pelancong masih harus mengikuti tes Covid sebelum tiba di China. Hanya saja, mereka tidak perlu lagi menyerahkan hasilnya ke kedutaan atau konsulat China.
Mulai 8 Januari, para pelancong dapat menguji dan menampilkan hasilnya sebelum naik ke pesawat.
NHC juga berjanji untuk melanjutkan wisata keluar bagi warga negara China secara tertib, tergantung pada situasi Covid internasional dan kapasitas berbagai layanan domestik.
Selain itu, NHC tidak sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan tindakan pembatasan sementara dan lokal di masa mendatang. Salah satunya adalah penguncian kemungkinan dapat diberlakukan kembali di panti jompo jika wabahnya parah.
Kendati sentgimen global mulai membaik, nampaknya penguatan indeks dolar AS juga membebani laju mayoritas mata uang di Asia. Yen Jepang terkoreksi paling tajam sebesar 0,56% terhadap dolar AS, disusul oleh rupiah dan yuan China yang sama-sama tertekan sebesar 0,22%.
Hanya dolar Hong Kong dan dolar Singapura yang sukses menguat tipis masing-masing sebesar 0,09% dan 0,04%. Sementara rupee India stagnan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Makin Perkasa, Rupiah Terkapar ke Atas Rp 15.000/USD