
Harta Karun yang Bisa Bikin RI Jadi 'Raja' Ini Milik Bakrie?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah melalui Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan adanya kandungan "harta karun super langka" alias mineral logam tanah jarang (rare earth element/ RRE) dan juga mineral logam kritis atau Critical Raw Material (CRM) di Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur.
Mineral logam kritis yang terdapat di Lumpur Lapindo ini berupa lithium dan stronsium. Dari catatan Badan Geologi Kementerian ESDM, kandungan lithium di Lumpur Lapindo, Sidoarjo itu kadarnya mencapai 99-280 ppm, sementara untuk stronsium kadarnya mencapai 255-650 ppm.
Kedua mineral kritis tersebut menjadi incaran banyak negara, terutama di era serba canggih saat ini. Pasalnya, lithium merupakan bahan baku pembuat baterai kendaraan listrik, sementara stronsium juga merupakan bahan baku untuk peralatan elektronik.
Jika lithium itu terbukti ada dan bisa dieksplorasi, maka rencana Indonesia menjadi raja baterai listrik bisa terwujut. Karena, lithium menjadi bahan baku yang saat ini dicari-cari oleh Indonesia.
Seperti yang diketahui, area Lumpur Lapindo sendiri mulanya masuk ke dalam wilayah kerja (WK/Blok) minyak dan gas bumi (migas) Brantas yang dikelola Lapindo Brantas Inc, PT Prakarsa Brantas, dan PT Minarak Brantas Gas.
Adapun Minarak Brantas Gas Inc adalah bagian dari Grup Bakrie. Berdasarkan laporan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), pada bagian transaksi dengan pihak-pihak berelasi diketahui bahwa Minarak Brantas Gas Inc. adalah perusahaan yang dahulu bernama Lapindo Brantas Inc.
"Perusahaan, melalui satu atau lebih perantara, adalah entitas sepengendali dengan PT Bumi Resources Tbk (BUMI), Minarak Brantas Gas Inc (MBG) (dahulu Lapindo Brantas, Inc.) dan Energi Timur Jauh Limited (ETJL)," tulis ENRG.
Lantas, dengan ditemukannya "harta karun super langka" di Lumpur Lapindo ini, apakah otomatis kandungan mineral tersebut juga akan menjadi milik Grup Bakrie?
Corporate Secretary Minarak Group Ananda Arthaneli mengakui bahwa kandungan mineral di Lumpur Sidoarjo ini sudah diteliti dan dipublikasikan secara terbatas pada 2008.
Temuan mineral berharga ini menurutnya sudah melalui beberapa tahapan penelitian, termasuk untuk mengetahui nilai keekonomiannya. Selain sejumlah peneliti dari universitas dalam dan luar negeri, maupun instansi pemerintahan, menurutnya internal perusahaan juga ikut meneliti terkait kandungan mineral kritis di Lumpur Lapindo ini.
"Hal ini pun tanpa bermaksud mencari, namun menemukan hal baru. Semua menyatakan bahwa sepertinya memang ada kandungan unsur tanah jarang," ungkapnya kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu, Kamis (15/12/2022).
Saat ini menurutnya pihaknya juga masih menunggu regulasi dari pemerintah terkait skema pengelolaan kandungan mineral kritis maupun logam tanah jarang di Lumpur Sidoarjo ini. "Saat ini kami juga sedang menunggu regulasi pemerintah mengenai skema pengelolaannya," pungkasnya.
Namun demikian, dia sempat mengungkapkan bahwa untuk tanah dan bangunan di area Lumpur Lapindo yang merupakan bagian dalam Peta Area Terdampak (PAT) 2007 sudah dilakukan jual beli oleh PT MLJ merupakan jaminan dalam rangka pinjaman Dana Antisipasi sesuai yang diatur Perpres 76 tahun 2015 dan diatur dalam Perjanjian Dana Antisipasi.
Dia pun menegaskan bahwa tanah lumpur Lapindo itu kini bukan lagi masuk ke dalam Blok migas Brantas. Seperti diketahui, pada 3 Agustus 2018 lalu Kementerian ESDM sendiri telah memberikan perpanjangan kontrak untuk blok migas atau WK Brantas, sehingga bisa beroperasi hingga tahun 2040.
"Saat ini kami masih berdiskusi dengan pemerintah terkait dengan settlement. Tanah Lumpur Sidoarjo tersebut saat ini bukan merupakan bagian dari Blok Brantas," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Januari 2022 lalu.
"Kalau untuk tanah dan bangunan dalam PAT 22 Maret 2007 sudah dilakukan jual beli oleh PT MLJ adalah milik PT MLJ, namun merupakan jaminan dalam rangka pinjaman Dana Antisipasi. Sampai saat ini terkait settlement kami masih melakukan diskusi dan kordinasi dengan pihak pemerintah," paparnya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Sumber Daya Mineral, Batu Bara, dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Kementerian ESDM, Hariyanto menyebutkan bahwa saat ini pemerintah tengah melakukan penyelidikan pendahuluan terkait dengan temuan "harta karun" tersebut.
Hariyanto mengungkapkan penyelidikan pada bagian selatan dari Lumpur Lapindo telah dilakukan sejak tahun 2020. Dnegan begitu, pada tahun ini, Badan Geologi Kementerian ESDM tengah menyelidiki pada bagian utara dari Lumpur Lapindo.
"Badan Geologi sejauh ini melakukan penyelidikan pendahuluan di tahun 2020 di daerah bagian selatan Lumpur Sidoarjo atau tepatnya di daerah Kecamatan Porong. Di tahun 2022 kita tindaklanjuti dengan melakukan penyelidikan pendahuluan di daerah sisi utara Lumpur Sidoarjo, tepatnya di Tanggulangin," ungkapnya kepada CNBC Indonesia pada program Mining Zone, dikutip Rabu (14/12/2022).
Hariyanto menambahkan, pihaknya juga terus mengoptimalkan dengan pengujian ekstraksi lithium. Hal tersebut dilakukan oleh Kementerian ESDM di Balai Besar Pengujian Mineral dan Batu Bara.
Selain dengan Kementerian ESDM, Hariyanto menyebutkan dalam kegiatan eksplorasi dan ekstraksi temuan tersebut juga dilakukan kerja sama dengan berbagai pihak lain.
"Kita optimalkan juga dengan pengujian ekstraksi lithium oleh mitra kami di Kementerian ESDM juga, yaitu di Balai Besar Pengujian Mineral Dan Batu Bara atau sering disingkat dengan TEKMIRA. Dan kerja sama dengan pihak lain dalam hal eksplorasi dan ekstraksinya," jelasnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Misteri Harta Karun di Lumpur Lapindo Terungkap, Ini Isinya..
