
Misteri Harta Karun di Lumpur Lapindo Terungkap, Ini Isinya..

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah melalui Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ungkapkan telah melakukan uji ekstraksi pada Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Seperti yang telah ditemukan sebelumnya, Lumpur Lapindo ternyata menyimpan 'Harta Karun' berupa kandungan mineral kritis Lithium dan Stronsium.
Lithium adalah mineral kritis yang saat ini sedang dicari-cari, lantaran fungsinya yang bisa menjadi bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik. Sementara Stronsium bisa digunakan sebagai bahan baku industri elektronik.
Kepala Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Kementerian ESDM, Hariyanto mengungkapkan bahwa kandungan lithium di lumpur Lapindo mencapai 99 - 280 PPM, sementara untuk Stronsium kadarnya mencapai 255 - 650 PPM.
"Kandungannya untuk lithium 99-280 PPM, untuk stronsium itu 255-650 PPM," ujarnya kepada CNBC Indonesia dalam Mining Zone, dikutip Kamis (22/12/2022).
Selain itu, Hariyanto menyebutkan pada tahun 2020, Badan Geologi telah melakukan uji ekstraksi pada lumpur lapindo melalui dua cara yaitu asam dan basa. Uji ekstraksi yang dilakukan tersebut bekerja sama dengan mitra di Kementerian ESDM tepatnya balai besar pengujian mineral dan batu bara atau TEKMIRA.
"Uji ekstraksi pernah dilakukan kami Badan Geologi bekerja sama dengan unit yang ada di ESDM lainnya disebut dengan balai besar TEKMIRA, Teknologi Mineral dan Batu Bara. Ini melakukan proses ekstraksi lithium dengan pelindian secara asam dan basa," jelasnya.
Salah satu metode yang digunakan dengan basis asam adalah atmospheric leaching yang menunjukkan hasil ekstraksi sebesar 37%. Selain itu, digunakan pula ekstraksi menggunakan metode High Pressure Acid Leaching atau HPAL yang menghasilkan sebesar 72%.
"Menggunakan metode atmospheric leaching ini diperoleh hasil dari ekstraksi tersebut sebesar 37%. Kemudian dengan teknologi yang namanya High Pressure Acid Leaching atau HPAL ini diperoleh angka 72%," jelasnya.
Kemudian, Hariyanto menjelaskan terdapat pula proses ekstraksi yang berbasis basa. Salah satunya dengan metode alkali fusion yang menghasilkan ekstraksi sebanyak 23%. Selain itu, metode bio process juga digunakan yang menghasilkan sebesar 81%.
"Kemudian teknologi lain untuk ekstraksi basis basa dengan alkali fusion, ini menghasilkan 23% ekstraksinya. Kemudian dengan bio process secara basa diperoleh angka 81% ini hasil yang telah dilakukan ekstraksi Lumpur Sidoarjo tersebut," tandasnya.
Semua proses, lanjut Hariyanto, melalui lumpur yang sudah terendapkan. Sehingga lumpur yang sudah memiliki suhu normal, sama seperti di lingkungan sekitarnya, baru bisa dilakukan proses ekstraksi.
"Jadi ini yang dikayakan dengan proses pengendapan tersebut. Ini diambil pada suhu lingkungan, bukan lumpur yang kondisi panas lantas kita lakukan pemanfaatannya, namun lumpur yang telah melalui pengendapan," tekannya.
Seperti yang diketahui, bahwa Lithium saat ini sedang dicari-cari oleh pemerintah khususnya Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Dalam perhelatan perhelatan KTT G20 di Bali beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi sempat merayu Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese untuk bekerja sama memproduksi baterai mobil listrik di Indonesia. Jokowi meminta Albanese untuk langsung membawa Lithium-nya ke Indonesia.
"Saya hanya menawarkan kepada PM Anthony Albanese. Kita (Indonesia) punya nikel, kalau digabung itu bisa jadi baterai mobil listrik. Saya minta kepada PM Albanese untuk Lithiumnya bisa dibawa ke Indonesia. Kita bersama-sama melakukan hilirisasi di Indonesia," kata Jokowi dalam acara B20 Summit Indonesia di Nusa Dua, Bali, Senin (14/11/2022).
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Harta Karun Langka di Lumpur Lapindo, Jadi Milik Bakrie?