
Ngikut Wall Street, Bursa Asia Dibuka Gak Kompak

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung beragam dengan mayoritas melemah pada perdagangan Rabu (28/12/2022), karena investor mempertimbangkan hambatan ekonomi pada tahun 2023.
Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melonjak 1,22% dan Straits Times Singapura terpantau naik tipis 0,02%.
Sedangkan untuk indeks Nikkei 225 Jepang dibuka melemah 0,44%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,26%, ASX 200 Australia terdepresiasi 0,26%, dan KOSPI Korea Selatan ambruk 1,77%.
Indeks Hang Seng dan ASX 200 pada hari ini kembali dibuka setelah libur panjang Natal 2022.
Kabar dari pelonggaran kebijakan terkait Covid-19 di China seharusnya masih menjadi sentimen positif di Asia-Pasifik hingga hari ini. Tetapi, karena investor menimbang hambatan ekonomi di 2023 yang akan timbul, maka sentimen tersebut cenderung diabaikan.
Sebelumnya, China akan menghapus semua tindakan pembatasan Covid-19 lainnya untuk pelancong asing, termasuk karantina untuk pasien positif dan pelacakan kontak. Pihak berwenang mengatakan kebijakan baru itu adalah bagian dari cara baru China dalam menangani Covid-19.
Adapun, China menurunkan penanganan Covid menjadi "penyakit Kelas B" yang tidak terlalu ketat, dalam kategori yang sama dengan penyakit yang tidak terlalu parah, seperti demam berdarah. China juga akan menyebut Covid-19 sebagai "infeksi", bukan "pneumonia".
"Perubahan itu lebih sesuai dengan karakteristik dan tingkat bahaya penyakit ini saat ini," kata HNC dalam sebuah pernyataan, dilansir CNN International, Selasa (27/12/2022).
"Varian Omicron yang kurang mematikan telah menjadi jenis dominan SARS-Cov-2, dan hanya sejumlah kecil kasus yang berkembang menjadi pneumonia," tambahnya.
Meski begitu, pelancong masih harus mengikuti tes Covid sebelum tiba di China. Hanya saja, mereka tidak perlu lagi menyerahkan hasilnya ke kedutaan atau konsulat China.
Mulai 8 Januari, para pelancong dapat menguji dan menampilkan hasilnya sebelum naik ke pesawat.
NHC juga berjanji untuk melanjutkan wisata keluar bagi warga negara China secara tertib, tergantung pada situasi Covid-19 internasional dan kapasitas berbagai layanan domestik.
Sementara itu dari Jepang, bank sentral (Bank of Japan/BoJ) merilis ringkasan opini dari pertemuan kebijakan moneter yang diadakan pekan lalu, di mana secara tak terduga mereka akan memperluas kisaran target imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Jepang.
Bursa Asia-Pasifik cenderung mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang ditutup bervariasi pada perdagangan Selasa kemarin, setelah libur Natal 2022.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik 0,11%. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite ditutup melemah. S&P 500 melemah 0,41%, sedangkan Nasdaq ambles 1,38%.
Setelah tahun yang brutal diliputi oleh ketakutan inflasi dan resesi, investor berharap untuk mengakhiri tahun 2022 dengan catatan positif.
Namun, mereka juga masih cenderung khawatir bahwa tahun depan, ekonomi global berpotensi akan menghadapi tantangan yang cukup berat yakni resesi. Sehingga, investor kembali mempertimbangkan hambatan ekonomi pada tahun 2023.
Pada Jumat pekan lalu, Wall Street sejatinya memulai periode reli Sinterklas (Santa Claus Rally), yang biasanya dianggap sebagai rentang perdagangan lima hari terakhir di tahun ini, serta dua hari perdagangan pertama di tahun baru, jika dilihat dari historisnya.
Sejak berdiri hampir 1 abad silam, pergerakan indeks acuan saham AS terutama S&P 500 membentuk satu pola musiman.
Terhitung sejak 1928-2021, atau dalam kurun waktu 94 tahun terakhir, S&P 500 tercatat membukukan kinerja bulanan yang positif sebanyak 69x dan melemah 25x pada Desember.
Artinya secara probabilitas historis, S&P 500 memiliki peluang menguat sebesar 73%. Peluang kinerja bulanan yang positif di Desember merupakan yang paling tinggi jika dibanding bulan lainnya.
Wall Street baru dibuka kembali pada Selasa kemarin karena adanya liburan panjang Natal 2022. Tetapi dalam minggu perdagangan yang dipersingkat ini, investor mengharapkan volatilitas yang relatif tenang atau lebih lanjut karena volume perdagangan yang rendah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
