
Lika-liku CPO: Juragan Sawit Kaya, tapi Cekik Rakyat Jelata

Pada 2023, harga CPO diproyeksikan sedikit lebih rendah oleh Kenanga Investment Bank Bhd Malaysia. Sebelumnya Kenanga memproyeksikan rata-rata harga CPO akan mencapai 4.000 ringgit/ton tahun depan, kini dalam proyeksi terbarunya diturunkan menjadi 3.800 ringgit/ton.
"Kami memperkirakan rata-rata harga CPO di 3.800 ringgit/ton pada 2023, 5% lebih rendah dari proyeksi kami sebelumnya 4.000 ringgit/ton. Meski proyeksi diturunkan, tetapi harga CPO masih tetap tinggi sebab permintaan minyak nabati untuk kebutuhan sehari-hari masih tinggi," kata bank investasi tersebut, sebagaimana dikutip The Edge Markets, Jumat (16/12/2022).
Kenanga juga melihat pasar minyak nabati akan mulai tumbuh tahun depan, hal ini akan menjaga harga CPO masih tetap tinggi.
Meski lebih rendah dari level saat ini, tetapi 3.800 ringgit per ton, masih tergolong tinggi jika melihat harga 10 tahun terakhir.
Namun, hal berbeda. Analis terkemuka Dorab Mistry Direktur Godrej International memprediksikan bahwa harga CPO acuan dunia akan diperdagangkan antara MYR 3.500-5000/ton pada periode Desember 2022 hingga akhir Mei 2023 karena persediaan di dua negara produsen terbesar dunia yakni Indonesia dan Malaysia akan menipis.
"Stok Malaysia akan ditarik hingga Mei 2023 dan akan berada di bawah 2 juta ton. Program (pencampuran) B35 Indonesia dapat membuat stok terbatas pada paruh pertama 2023," kata Mistry dalam konferensi industri pada hari Sabtu dikutip Reuters.
Seperti diketahui, pemerintah Indonesia akan memberlakukan program biodiesel B35 pada 1 Januari 2023, meningkat dari program sebelumnya yang hanya B30 untuk beralih ke energi yang lebih bersih.
Selain itu, Mistry juga memproyeksikan bahwa output produksi CPO Malaysia telah dibatasi oleh kekurangan tenaga kerja pada tahun ini, tapi produksi akan meningkat sekitar 19 juta ton pada 2023 dan produksi CPO Indonesia tahun depan bisa naik 1,5 juta ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/aaf)[Gambas:Video CNBC]
