
10 Saham Big Cap Loyo, Cuma Bayan yang Bergairah

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan sesi I Jumat (23/12/2022), mengikuti pergerakan bursa saham global yang kembali terkoreksi.
Per pukul 09:42 WIB, IHSG melemah 0,23% ke posisi 6.808,95. IHSG masih diperdagangkan di level psikologis 6.800 pagi hari ini.
Mayoritas saham berkapitalisasi pasar di atas Rp 120 triliun pun secara mayoritas terkoreksi pada pagi hari ini dan turut membebani pergerakan IHSG.
Berikut saham-saham big cap 10 besar yang terkoreksi pada pagi hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga (%) |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | 3.830 | -2,54% |
Astra International | ASII | 5.725 | -0,87% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | 4.920 | -0,81% |
Unilever Indonesia | UNVR | 4.810 | -0,62% |
Telkom Indonesia | TLKM | 3.730 | -0,53% |
Chandra Asri Petrochemical | TPIA | 2.460 | -0,40% |
Bank Central Asia | BBCA | 8.550 | -0,29% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | 9.400 | -0,27% |
Bank Mandiri | BMRI | 9.925 | -0,25% |
Bayan Resources | BYAN | 18.625 | 3,19% |
Hanya saham emiten batu bara yakni PT Bayan Resources yang tidak terkoreksi pada perdagangan sesi I hari ini, di mana saham BYAN melesat 3,19% ke posisi Rp 18.625/unit.
Sedangkan sisanya terpantau terkoreksi, dengan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) memimpin, yakni ambles 2,54% menjadi Rp 3.830/unit.
Bursa saham global yang kembali terkoreksi membuat IHSG kembali merana pagi hari ini. Di Asia-Pasifik, bursa saham terbebani setelah inflasi di Jepang mencatatkan rekor tertingginya pada November lalu.
Inflasi berdasarkan consumer price index (PPI) atau Indeks Harga Konsumen (IHK) Jepang pada bulan lalu naik menjadi 3,8% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya sebesar 3,7% pada Oktober lalu.
Angka ini menjadi yang tertinggi sejak Januari 1991, di tengah tingginya harga komoditas mentah impor dan pelemahan yen yang terus berlanjut.
Sedangkan, IHK inti, yang mengecualikan komponen volatil seperti makanan dan energi, juga naik 3,7% (yoy), menjadi yang tertinggi sejak Desember 1981.
Namun, bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) mengatakan bahwa kenaikan harga baru-baru ini masih terjadi sementara. Jadi, belum ada alasan BoJ untuk mengubah sikap dovish-nya.
Sementara di AS, bursa saham Wall Street kembali merana setelah dirilisnya data klaim pengangguran mingguan.
klaim tunjangan pengangguran di AS naik 2.000 orang pada pekan yang berakhir 17 Desember, menjadi 216.000 orang.
Meski mengalami kenaikan dari pekan sebelumnya, tetapi masih di bawah ekspektasi Dow Jones sebanyak 220.000 orang.
Kondisi pasar tenaga kerja AS memang tengah menjadi soroton. Data-data menunjukkan cukup kuat, tetapi pemutusan hubungan kerja massal (PHK) terus terjadi.
PHK tersebut terjadi akibat risiko resesi dan diperkirakan masih akan berlanjut tahun depan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)