Simak Rekomendasi UBS Untuk Saham GOTO, Ini Target Harganya

M Malik Haknuh, CNBC Indonesia
Kamis, 22/12/2022 08:45 WIB
Foto: GoTo (Tangkapan layar)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mengevaluasi lebih lanjut mengenai kinerja keuangan atau valuasi keuangan GOTO, tentunya memiliki tantangan tersendiri. Di sisi lain, dalam menganalisa suatu saham atau startup yang bergerak di industri jasa teknologi seperti GOTO lewat on-demand service, e-commerce, dan fintech terdapat matriks angka yang perlu didalami secara menyeluruh.

Seperti yang diungkapkan oleh Direktur PT Infovesta Utama Mandiri, Rivan Kurniawan, bahwa menilai suatu perusahaan teknologi memang masih merupakan hal baru. Sehingga perlu edukasi yang lebih masif agar investor lebih bijaksana menilainya, terutama sebagai pertimbangan investor dalam berinvestasi.

"Kita bisa lihat meskipun GOTO masih mencatatkan rugi bersih secara bottom line akan tetapi dengan rugi EBITDA margin dan juga persentase contribution margin (CM) yang semakin kecil maka GOTO sudah di jalur yang tepat untuk mencapai profit," ungkapnya sebagaimana dikutip dari video edukasi yang juga diunggah di akun YouTube Rivan Kurniawan, Kamis (29/09).


Maka perlu memahami matriks apa saja yang digunakan untuk memahami perusahaan teknologi seperti GOTO. Matriks pertama dikenal sebagai gross transaction value (GTV).

"Di perusahaan lain ada juga yang menggunakan istilah GMV (Gross Merchandise Value) atau TPV (Total Processing Value). Pengertiannya mirip-mirip meskipun ada perbedaan sedikit," terangnya.


Kinerja keuangan

Lebih lanjut, melansir data presentasi perusahaan GOTO pada kuartal-III 2022, GTV tercatat mengalami pertumbuhan +33% atau menjadi Rp 161 triliun secara tahunan jika dibandingkan tahun sebelumnya. Didukung posisi GOTO sebagai pemimpin di industri jasa berbasis teknologi dengan 4 pilar terintegrasi pada e-commerce ( Tokopedia), on demand services (Gojek), dan fintech (Goto Financial).

Segmen e-Commerce Perseroan mencatatkan pertumbuhan GTV kuat, yaitu sebesar 15% year-on-year pada kuartal-III 2022, meski terdapat normalisasi pada aktivitas mobilitas masyarakat menuju aktivitas sosial secara fisik.Pertumbuhan pendapatan bruto segmen ini pada kuartal-III 2022 terus melampaui pertumbuhan GTV, meningkat 27% year-on-year, didukung take rate bisnis konsumen-ke-konsumen (C2C) melalui implementasi skema komisi baru untuk mitra pedagang C2C, peluncuran skema biaya platform baru pada Juli 2022, dan pemanfaatan value-added service seperti iklan dan logistik.

Perseroan juga mencatatkan pertumbuhan margin kontribusi sebagai persentase GTV, meningkat 33 basis poin quarter-on-quarter mencapai -1,1% pada kuartal-III 2022.

Pertumbuhan GTV GOTO pada segmen e-commerce ini juga dibuktikan oleh hasil riset yang dilakukan oleh UBS Evidence Lab yang menunjukkan bahwa berdasarkan monthly active users (MAU) Tokopedia (e commerce) telah mengungguli kompetitornya di kampanye belanja nasional (9-9, 10-10,11-11).

MAU Tokopedia bertumbuh 20% dari tahun ke tahun dibandingkan MAU Shopee yang hanya bertumbuh 10% dan Lazada yang justru turun-3%. MAU sendiri merupakan metrik yang mengukur jumlah pengguna unik suatu aplikasi selama periode 30 hari.

Seiring dengan pertumbuhan pada segmen e-commerce ini, Perseroan masih akan terus meningkatkan take rate dalam jangka panjang dengan menggabungkan komisi, biaya platform, maupun merchant-paid promotions yang lebih tinggi, bersamaan dengan value added services termasuk di antaranya directed advertising dan layanan pemenuhan.

Berkaitan dengan take rate, pada 2 Januari 2023 Tokopedia telah berencana untuk menaikkan biaya komisi pedagang yang terbagi dalam tiga kategori tingkatan: yang pertama Pedagang Reguler: ini adalah tingkat pedagang dimana biaya komisi mulai dibebankan setelah transaksi ke 100.

Biaya disesuaikan dari 0,5% di semua kategori produk menjadi 1,0%-3,8% di 5 kategori produk. Mengalami peningkatan sekitar 0,5 poin- 1,3 poin atau rata-rata 0,9 poin. Yang kedua Power Merchant dan Power Merchant Pro: dari 1,5%-3,0% menjadi 1,8%-4,5% meningkat sekitar 0,5 poin-1,5 poin kecuali untuk grup 4 yang turun 0,7 poin, secara rata-rata peningkatan take rate mencapai 0,8 poin.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Riset UBS 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: KPPU Setuju TikTok Nusantara Ambil Alih Saham Tokopedia

Next Page
Riset UBS
Pages