
Gerak IHSG Liar & Sulit Diprediksi, Ada Apa Ya?

Jakarta CNBC Indonesia - Setelah sempat berhasil rebound tipis pada pukul 14.06, performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi II Selasa (20/12/22) ditutup terkoreksi.
IHSG ditutup di level 6.768,32 atau turun tipis sebesar 0,17%. Diakhir perdagangan hari ini, IHSG bergerak secara fluktuatif pada sesi II perdagangan. Bahkan pukul 14.06 IHSG sukses rebound dan mencatatkan rekor pencapaian tertinggi di level 6.792,20. Sepanjang perdagangan IHSG sempat berada dititik terendah yaitu di level 6715,45.
Berdasarkan data statistik RTI business, tercatat sebanyak 21 miliar saham diperdagangkan dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 1 juta kali serta nilai perdagangan mencapai 15 triliun rupiah serta kapitalisasi pasar mencapai 9340 triliun.
Terdapat 168 saham menguat, 359 saham mengalami koreksi dan 175 lainnya konsisten tidak berubah.
Dalam seminggu performa IHSG telah turun 0,62% dan 3,73% jika dianalisis dalam sebulan.
Pergerakan IHSG yang cenderung melemah searah dengan laju bursa acuan Asia yang juga melemah. Pasar saham di Hong Kong, Hang Seng Index turun 272 poin atau 1,41% menjadi 19.079, sementara Strait Times index, Singapura, melandai 0,20%.
Indeks Nikkei 225 anjlok 2,46% menjadi ditutup pada 26.568 pada hari ini. Sentimen global yang lemah membebani pasar Jepang karena investor terus bergulat dengan prospek pengetatan moneter lebih lanjut oleh bank sentral utama yang dapat mendorong ekonomi global ke dalam resesi tahun depan.
Shanghai Composite ditutup pada 3073,77 atau turun turun 1,07%. China terus bergulat dengan lonjakan kasus Covid menyusul pembalikan cepat dari pembatasan virus yang ketat, membayangi janji kebijakan baru dari pihak berwenang untuk meningkatkan ekonomi. Sementara itu, People's Bank of China mempertahankan suku bunga pinjaman tidak berubah selama empat bulan berturut-turut pada hari Selasa, meskipun analis memprediksi pelonggaran moneter lebih lanjut untuk mendukung perekonomian.
Dari dalam negeri, mayoritas saham sektor perbankan ditutup turun. Bank buku IV masih menjadi pemberat IHSG diperdagangkan kali ini. BBRI dan BBCA melemah masing-masing sebesar 1,21% dan 0,87%.
Disamping Bank Buku IV, di deretan bottom movers saham perbankan juga terdapat beberapa saham yang melemah. Lima diantaranya yaitu, BBYB yang merosot 6,99%, ARTO melemah 5,47% serta BDMN yang melandai 2,45%. Berikutnya ada saham BRIS dan BABP yang turun 1,79% dan 0,97%.
Salah satu penyebab turunnya performa sektor perbankan adalah dampak dari kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). The Fed pada Kamis pada pekan lalu menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% - 4,5%.
Kenaikan tersebut memang lebih rendah dari sebelumnya yakni 75 basis poin (bp) selama 4 kali berturut-turut. Tetapi memproyeksikan suku bunga ke depannya berada di kisaran 5% - 5,25% dan akan dipertahankan hingga 2024.
Saat tingkat suku bunga tinggi, biaya pinjaman akan meningkat, sehingga perusahaan-perusahaan yang meminjam dari bank akan merasa terbebani oleh biaya yang lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan laba perusahaan melambat, sehingga kinerja saham perbankan finansial ikut terpengaruh.
Selain itu, saham emiten energi juga mendorong pelemahn IHSG di sesi akhir perdagangan hari ini. HRUM memimpin pelemahan sebesar 4,06% serta BOSS 3,85%.
PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang awalnya menjadi pemberat signifikan IHSG, pada penutupan perdagangan malah berbalik arah dan menjadi penahan koreksi IHSG meski IHSG mampu untuk rebound.
Saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN), yang sebelumnya sempat menjadi pemberat IHSG di sesi I, pada perdagangan sesi II menjadi penopang indeks menuju jalur hijau. Adapun saham BYAN membantu IHSG bangkit hingga sebesar 35 indeks poin.
Dari pergerakannya, saham BYAN yang sebelumnya ambles nyaris 3%, kini melonjak 15,19% ke posisi harga Rp 16.300/unit.
(Muhammad Azwar/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat