Rupiah Tunggu Suntikan Tenaga Dari China
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah berakhir stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) di Rp 15.595/US$ pada perdagangan awal pekan kemarin. Pada perdagangan Selasa (20/12/2022), perhatian tertuju ke China, di mana bank sentral (People's Bank of China/PBoC) akan mengumumkan suku bunga.
Sebelumnya di awal bulan ini, PBoC sudah menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 25 basis poin guna menambah likuiditas ke perekonomian.
Kebijakan tersebut membuat perbankan bisa mengalirkan dana senilai US$ 70 miliar, dan dikatakan memberikan ruang untuk penurunan LPR tenor 5 tahun.
"Penurunan GWM pada Desember menciptakan ruang untuk pemangkasan LPR dalam waktu dekat, khususnya tenor 5 tahun. Kami pikir upaya untuk membantu perekonomian (khususnya pasar perumahan) harus dilakukan secepatnya ketimbang ditunda," kata analis Citi dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters, Senin (19/12/2022).
Analis Citi tersebut memperkirakan LPR tenor 5 tahun yang saat ini sebesar 4,3% akan dipangkas sebesar 10 basis poin. Sementara LPR tenor 1 tahun tetap sebesar 3,65%.
Citi menjadi salah satu analis dari 27 analis yang disurvei Reuters terkait suku bunga PboC. Dari semua analis tersebut, sebanyak 17 orang memprediksi PBoC masih akan mempertahankan LPR di semua tenor.
Sementara itu 8 analis memprediksi LPR tenor 5 tahun akan dipangkas, dan 2 analis melihat pemangkasan di semua tenor.
Jika LPR tersebut diturunkan, menjadi indikasi niat kuat China untuk mendorong perekonomian, yang bisa memberikan sentimen positif ke pasar finansial global, termasuk mendongkrak kinerja rupiah.
Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan mengingat rupiah kemarin stagnan. Rupiah kembali ke atas Rp 15.450/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan.
Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 38,2%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Rupiah yang disimbolkan USD/IDR juga kembali ke atas rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA 50). Sehingga tekanan bagi Mata Uang Garuda kembali besar.
Indikator Stochastic pada grafik harian bergerak turun setelah mendekati wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Support terdekat berada di kisaran Rp 15.550/US$. Jika ditembus, rupiah berpeluang menguat menuju Rp 15.520/US$ - Rp 15.500/US$.
Ruang penguatan ke level kunci Rp 15.450/US$ akan terbuka di pekan ini jika rupiah mampu menembus konsisten ke bawah Rp 15.500/US$.
(pap/pap)