Neraca Perdagangan Sudah Surplus 31 Bulan, Rupiah Tetap Keok!
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (15/12/2022). Bank sentral AS (The Fed) yang mengumumkan kenaikan suku bunga dini hari tadi menjadi penggerak utama, sementara berlanjutnya surplus neraca perdagangan Indonesia belum mampu mendongkrak kinerja rupiah.
Melansir data Refinitiv, rupiah melemah 0,16% ke Rp 15.615/US$ di pasar spot.
Sesuai dengan prediksi banyak pihak, The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% - 4,5%. Kenaikan tersebut lebih kecil setelah sebelumnya menaikkan sebesar 75 basis poin 4 kali beruntun.
Indeks dolar AS merespon kenaikan tersebut dengan turun 0,2% pada perdagangan Rabu, melanjutkan kemerosotan lebih dari 1% hari sebelumnya. Padahal The Fed kembali menaikkan suku bunga, dan mengindikasikan akan terus berlanjut hingga mencapai 5% - 5,25% di tahun depan, nyatanya indeks dolar AS tetap merosot hingga menyentuh level terendah dalam 6 bulan terakhir.
Pagi ini, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut kembali turun 0,06%. Namun, rupiah masih belum mampu menguat, sebab pasar kini menanti pengumuman suku bunga dari bank sentral lainnya, ada da bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SNN), bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) dan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB), sehingga disebut "Super Thursday".
Selain itu, dari dalam negeri Biro Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan kembali mencatat surplus sebesar US$ 5,16 miliar pada November. Neraca perdagangan Indonesia kini sudah surplus dalam 31 bulan beruntun.
Ekspor Indonesia alami kenaikan 5,58% secara year-on-year (yoy) menjadi US$ 24,12 miliar. Sementara secara bulanan ada penurunan 2,46%.
"Nilai ekspor November mencapai US$ 24,12 miliar," ungkap Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah dalam konferensi pers, Kamis (15/12/2022).
Sementara impor Indonesia mencapai US$ 18,96 miliar, atau turun 1,89% dibandingkan tahun lalu (yoy) dan turun 0,91% dibandingkan bulan sebelumnya.
"Impor Indonesia mencapai US$ 18,96 miliar," jelasnya.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada November 2022 sebesar US$ 4,4 miliar.
Meski demikian, data tersebut masih belum mampu mendongkrak kinerja rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)