
"Super Thursday" Bikin Rupiah Liar!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah bergerak liar melawan dolar Amerika Serikat (AS) di awal perdagangan Kamis (15/12/2022). Bank sentral AS (The Fed) yang mengumumkan suku bunga menjadi penggerak pasar yang utama, tetapi pasar juga menanti "Super Thursday".
Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,1%. Sempat berbalik menguat 0,22% ke Rp 15.555/US$, rupiah kemudian kembali melemah 0,22% ke Rp 15.625/US$ pada pukul 9:09 WIB.
Sesuai dengan prediksi banyak pihak, The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% - 4,5%. Kenaikan tersebut lebih kecil setelah sebelumnya menaikkan sebesar 75 basis poin 4 kali beruntun.
Indeks dolar AS merespon kenaikan tersebut dengan turun 0,2% pada perdagangan Rabu, melanjutkan kemerosotan lebih dari 1% hari sebelumnya. Padahal The Fed kembali menaikkan suku bunga, dan mengindikasikan akan terus berlanjut hingga mencapai 5% - 5,25% di tahun depan, nyatanya indeks dolar AS tetap merosot hingga menyentuh level terendah dalam 6 bulan terakhir.
Pagi ini, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS tersebut kembali turun 0,06%. Namun, rupiah masih belum mampu menguat, sebab pasar kini menanti pengumuman suku bunga dari bank sentral lainnya, ada da bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SNB), bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) dan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB), sehingga disebut "Super Thursday".
Pengumuman suku bunga tersebut berdampak ke pasar finansial global, sebab akan menentukan seberapa dalam resesi yang akan dialami pada tahun depan. Semakin tinggi suku bunga, resesi akan semakin dalam.
Selain itu, dari dalam negeri ada data negara perdagangan yang akan dirilis.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada November 2022 sebesar US$ 4,4 miliar. Surplus lebih rendah dibandingkan Oktober 2022 yang mencapai US$ 5,67 miliar.Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan tumbuh 8,98% (year on year/yoy) sementara impor meningkat 5,04%.
Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 31 bulan beruntun.Sebagai catatan, nilai ekspor Oktober 2022 mencapai US$ 24,81 miliar atau melonjak 12,30% (yoy). Impor tercatat US$ 19,13 miliar atau melesat 17,44% (yoy).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
