Nih! Biang Kerok yang Bikin Rupiah Terseok-seok

Anisa Sopiah, CNBC Indonesia
14 December 2022 09:05
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto membaca keanehan yang terjadi saat neraca dagang Indonesia surplus namun rupiah malah melemah. Menurutnya, hal ini terjadi karena cadangan devisa Indonesia tidak naik signifikan meskipun perdagangan Indonesia mengalami kenaikan.

"Secara logis itu rupiah kan menguat, logisnya itu, tapi ternyata rupiahnya juga enggak. Jadi apa, ada hal lain, antara neraca perdagangan yang surplus tadi pada penguatan rupiah tersebut ternyata lemah," ungkapnya dalam Indef School of Political Economy Jurnalisme Ekonomi, Selasa (13/12/2022).

"Kenapa masih lemah? Karena uang yang kita hasilkan dan kita jualan ke luar negeri tadi itu harusnya terefleksi semua di cadangan devisa kita karena itu ada tumpuan utama cadangan devisa itu ya dari ekspor. Tapi ternyata cadangan devisa kita naiknya nggak signifikan bahkan cenderung turun. Memang dipakai sih untuk operasi moneter, dari situ kelihatan, saya menduga-duga saja, " tambahnya.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan kecurigaannya terhadap dana hasil ekspor Indonesia yang tidak masuk ke dalam sistem perbankan dalam negeri. Pasalnya, jika uang tersebut masuk ke bank dalam negeri maka cadangan devisa seharusnya meningkat.

"Banyak dong berarti data yang tidak masuk ke data sistem perbankan nasional dari hasil ekspor kita. Karena itu tadi, ngeluarin ketika dia ekspor itu kan istilahnya kalau orang bilang itu , istilahnya free on board, jadi tidak dihitung dari pengapalannya. Begitu barang itu keluar, dicatat oleh bea cukai masuk datanya ke BPS, terakumulasi sekitar sekian miliar. Kalau uangnya itu masuk ke sistem kita, itu akan ketahuan dari cadangan devisa yang seharusnya meningkat. Ekspornya gede-gedean terus. Berarti mungkin ada sebagian dijual bayarnya entah di bank mana," katanya.

Oleh karena itu, ia menyarankan agar pemerintah memperhatikan durasi waktu Devisa Hasil Ekspor (DHE) bertahan di dalam sistem perbankan. Hal tersebut dilakukan untuk menaikkan jumlah cadangan devisa negara agar nilai tukar rupiah tidak turun jauh.

"Makanya itu penting sekali data DHE dan lain lain tidak hanya masuknya saja, tapi berapa lama dia bertahan di sistem perbankannya Indonesia ini. Jangan-jangan cuma numpang lewat. Dalam posisi surplus saja rupiah kita bisa tetekan. Terbayang gak kalau tahun depan potensi defisitnya tinggi loh, itu apa nggak tertekan, itu apa nggak lebih tertekan? itu lah gambarannya," jelasnya.

"Jadi tadi neraca dagang kita mampu sih mensupport ya tapi tidak bisa mengcover secara keseluruhan dari potensi penurunan nilai tukar tadi. Karena selamanya memang kuat sekali dan sejauh yang saya tahu tidak ada negara yang mampu melawan dolar saat ini, Jadi mata uangnya itu mau mata uang manapun itu kalah sama dolar. Bahkan poundsterling kan mengalami fase terendah ya akhir akhir ini," tambahnya.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article INDEF Dorong Kurangi Beban BI, Ada Apa Ini?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular