
Alert! Rupiah Jadi Yang Terburuk di Asia

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Nilai tukar rupiah terkoreksi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Selasa (06/12/2022), seiring dengan laju mayoritas mata uang di Asia. Rilis data ekonomi yang kuat meningkatkan potensi The Fed kembali agresif.
Mengacu pada data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan rupiah terkoreksi 0,23% ke Rp 15.500/US$. Kemudian, rupiah melanjutkan pelemahannya menjadi 0,72% ke Rp 15.577/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Rilis data ekonomi AS pada Senin (5/12) mengindikasikan bahwa perekonomian AS masih kuat, sehingga meningkatkan potensi bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali hawkish.
ISM merilis PMI AS per November 2022 naik dan berada di 56,5, lebih tinggi dari bulan sebelumnya di 54,4.
Hal tersebut tampaknya mendorong penguatan indeks dolar AS di pasar spot. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS menguat tipis 0,01% ke posisi 105,3. Analis juga memprediksikan bahwa Fed berpotensi akan menaikkan suku bunga lebih lama selama data ekonomi kuat.
"Saya pikir ada beberapa dolar posisi pendek, dan semua rilis ekonomi semalam dari AS sangat kuat dan mengarah ke Fed yang hawkish. Mereka akan menaikkan suku bunga selama data menunjukkan mereka perlu," tutur Manajer Cabang di State Street di Tokyo Bart Wakabayashi dikutip Reuters.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 4,7%-5,5% pada 2024. Bahkan, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan dunia.
Hal tersebut bukan tidak beralasan, pasalnya Perry juga optimistis bahwa stabilitas eksternal pada 2024 akan tetap terjaga. Menurutnya, transaksi berjalan diperkirakan berada pada zona surplus sebesar 0,2 hingga defisit tipis sebesar 0,6 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Di sisi lain, kredit diprediksikan tumbuh pada kisaran 10 sampai 12 persen pada 2023 dan 2024. Lebih lanjut, dia memaparkan bahwa ekonomi dan keuangan digital pun meningkat tajam pada 2024.
Nilai transaksi e-commerce diprakirakan mencapai Rp 689 triliun dan uang elektronik Rp640 triliun pada 2024. Sementara itu, digital banking mencapai Rp 87.000 triliun.
Di Asia, hanya dolar Singapura dan dolar Taiwan yang sukses menguat masing-masing sebesar 0,17% dan 0,05%.
Sementara, mayoritas mata uang di Asia melemah terhadap dolar AS. Rupiah menjadi mata uang yang terkoreksi paling tajam sebesar 0,72%, disusul oleh rupee India yang tertekan 0,53% di hadapan dolar AS.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Suku Bunga Fed Bisa Makin Jelas Besok, Rupiah KO Lagi?