Awal Pekan Bursa Asia Dibuka Cerah, Tapi Tidak Untuk Nikkei
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung menguat pada perdagangan Senin (5/12/2022), di mana investor akan memantau perkembangan terbaru dari kondisi pandemi Covid-19 di China pada hari ini.
Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melejit 2,27%, Shanghai Composite China melesat 0,88%, Straits Times Singapura naik 0,19%, ASX 200 Australia menguat 0,32%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,32%.
Namun untuk indeks Nikkei 225 Jepang terpantau dibuka terkoreksi, yakni ambles 1,66%.
Dari China, data aktivitasi jasa pada periode November 2022 akan dirilis pada hari ini. Data aktivitasi yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI) versi Caixin diprediksi akan kembali berkontraksi menjadi 47 pada bulan lalu, dari sebelumnya di angka 48,4.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.
Selain itu, investor di Asia-Pasifik juga akan memantau perkembangan terbaru dari kondisi pandemi Covid-19 di China pada hari ini. China merupakan negara ekonomi terbesar kedua di dunia, sehingga perkembangan pandemi juga perlu dicermati.
Seperti diketahui, China digoyang protes langka pada pekan lalu. Aksi turun ke jalan terjadi di beberapa kota di China, termasuk Beijing, memprotes kebijakan zero Covid.
Wall Street Journal pun melaporkan bagaimana demo juga menuntut penguasa, Xi Jinping turun. Ini disebabkan aturan penguncian (lockdown) di negeri itu.
Menyusul demo, otoritas di sejumlah wilayah China mulai mengendurkan kebijakan pembatasan mereka, termasuk Shenzen dan Beijing. Kedua kota tersebut kini menghapus kewajiban tes negatif Covid untuk menggunakan transportasi umum.
Jika semakin banyak kota yang memperlonggar pembatasan, maka ini akan menjadi faktor positif karena bisa menggerakkan ekonomi China lebih cepat.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas cenderung menguat pada hari ini terjadi di tengah bervariasinya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu.
Pada Jumat pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,1%. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite ditutup terkoreksi. S&P 500 turun 0,12% dan Nasdaq terkoreksi 0,18%.
Tak kompaknya Wall Street terjadi setelah dirilisnya data tenaga kerja AS yang menunjukkan perbaikan yang lebih kuat dibandingkan ekspektasi.
AS melaporkan tambahan lapangan kerja untuk non-pertanian (non-farm payroll/NFP) pada November 2022 mencapai 263.000. Angka ini lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yakni 200.000. Masih kencangnya tenaga kerja AS menjadi kekhawatiran karena The Fed bisa kembali menaikkan secara bunga secara agresif.
Padahal, Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell pada pekan lalu mengisyaratkan akan melakukan moderasi kenaikan suku bunga.
Namun menurut Michael James, Managing director perdagangan saham Wedbush Securities, mengatakan beragamnya pergerakan bursa AS pada perdagangan akhir pekan lalu menunjukkan jika pelaku pasar masih optimis dengan pelonggaran kebijakan moneter The Fed ke depan.
"Pernyataan lebih dari cukup untuk mengatasi sentimen negatif dari data tenaga kerja. Pelaku pasar sangat yakin dengan pernyataan The Fed sehingga ini menopang pergerakan bursa," tutur James, dikutip dari Reuters.
Sementara itu, imbal hasil (yield) surat utang pemerintah AS terus menurun tajam. Pada perdagangan terakhir pekan lalu, yield surat utang pemerintah AS tenor 10 tahun menyentuh 3,50%. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 19 September 2022 atau 2,5 bulan terakhir.
Dolar AS juga terus melandai. Indeks dolar pada pekan lalu ditutup melemah 104,55. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 26 Juni 2022 atau lima bulan lebih.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)