Rupiah Keok, IHSG Ikutan Lumpuh

Jakarta CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di wilayah negatif pada penutupan perdagangan hari ini. Beberapa sentimen menjadi faktor yang secara signifikan melemahkan IHSG.
IHSG ditutup di zona merah pada level 7017.36 atau turun sebesar 0.51%. Sepanjang perdagangan, IHSG sempat mencapai nilai tertinggi yaitu 7083.37 di awal perdagangan sesi I serta hampir menyentuh level level psikologis 7000 di akhir periode sesi II tepatnya di level 7011.45.
Berdasarkan data statistik RTI business, tercatat sebanyak 21 miliar saham diperdagangkan dengan frekuensi perpindahan tangan sebanyak 1.3 juta kali serta nilai kapitalisasi pasar senilai.
Terdapat 327 saham mengalami koreksi, 196 saham menguat dan 183 lainnya konsisten tidak berubah.
Dilansir dari Refinitiv, pada pukul 15.00 sebanyak lima indeks sektoral membuat IHSG terparkir di wilayah negatif. Tiga diantara indeks tersebut antara lain sektor teknologi (-1.76%), barang baku (-1.32%), industry (-1.10%).
Mayoritas saham Asia juga merosot. Tercatat pada pukul 15.10, Nikkei 225 Index (N225) merosot 0.42%, disusul Hang Seng Index (HIS) turun sebesar 1.57%. Shanghai Composite Index juga mengalami hal yang sama dengan pelemahan sebesar 0.75%. Kemudian Strait Times Index turun 0.11%.
Rupiah Indonesia menjadi salah satu di antara top losers di pasar Asia pada hari Senin karena dolar safe-haven menguat karena ketidakpastian di tengah protes di China terhadap pembatasan COVID-19 dan dampaknya terhadap ekonomi terbesar kedua di dunia.
Indeks dolar AS, USD diperdagangkan pada 106.41, menjauh dari level terendah tiga bulan baru-baru ini di 105.30, karena protes di China memicu desakan menuju aset safe-haven, dengan yuan China CNY=CFXS mundur ke level terendah lebih dari dua minggu terhadap greenback. Menekan mata uang negara berkembang Asia, termasuk Indonesia. Rupiah Indonesia turun 0.4% untuk persentase kerugian terbesar sejak 16 November.
Sentimen investor juga terpukul oleh protes di China - pembangkit tenaga listrik manufaktur dan mitra dagang utama Asia Tenggara - yang berkobar untuk hari ketiga dan menyebar ke beberapa kota, dengan kekhawatiran perlambatan ekonomi semakin membebani.
"Data ekonomi (untuk China) terus menunjukkan gambaran pertumbuhan yang lebih rendah untuk waktu yang lebih lama dalam menghadapi pembatasan virus, pada akhirnya meninggalkan harapan pembukaan kembali menjadi kekuatan pendorong utama untuk sentimen pasar," sebut Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG.
"Meningkatnya kerusuhan di China dalam bentuk protes di beberapa kota telah diterjemahkan menjadi tekanan pembukaan kembali yang lebih besar bagi pihak berwenang tetapi setiap indikasi pembukaan kembali tampaknya tidak mungkin dipandu mengingat rekor kasus tinggi saat ini."
[Gambas:Video CNBC]
Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah
(Muhammad Azwar/ayh)