Imbas Lockdown di China Sampai ke Bursa Domestik?

Awar Muhammad, CNBC Indonesia
Senin, 28/11/2022 10:36 WIB
Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta CNBC Indonesia- Empat saham emiten minyak dan gas melemah pada perdagangan hari ini (28/11). Kebijakan Lockdown atas peningkatan kasus covid-19 China menjadi sentimen utama.

Selang satu jam setelah pembukaan perdagangan pagi ini, Saham PT. Energi Mega Persada Tbk (ENRG) ambruk menjadi Rp. 324/unit. Transaksi bergerak direntang RP. 324-336/unit.PT. AKR Corporindo Tbk (AKRA) turun menjadi Rp. 1355/unit yang konsisten berada di zona merah. Saham PT. Rukun Raharja (RAJA) meski sempat menyentuh zona hijau, namun kembali terlempar hingga Rp.1030/unit.

Hal yang sama juga dialami PT. Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) yang berbalik ke zona merah tepatnya Rp. 322/unit.PT. Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) melemah menjadi RP. 1850/unit. Saham PGAS bergerak fluktuatif sejak pembukaan dengan range 1840-1865. Berikutnya saham PT. Elnusa Tbk (ELSA) ambruk ke Rp. 320/unit dan PT. Medco Energy International turun menjadi Rp. 1025/unit.


Saham Asia-Pasifik diperdagangkan lebih rendah pada hari Senin di tengahkerusuhan di Chinaatas kebijakan nol-Covid yang berkelanjutan dan semakin banyak kasus yang dilaporkan di negara tersebut.Kekhawatiran akan pembatasan yang berlanjut di China kembali mencuat.

Harga minyak tergelincir karena protes Covid China berlanjut.Minyak mentah berjangka tergelincir di awal karena tingginya kasus Covid, pembatasan virus, dan kerusuhan di China meningkatkan kekhawatiran tentang permintaan dari konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu.

Kontrak berjangka West Texas Intermediate turun 0,35% menjadi $76,01 per barel, sementaraminyak mentah Brent berjangka kehilangan 0,26% menjadi $83,41 per barel.

Harga minyak mengalami penurunan tajam minggu lalu karena "penguncian yang meningkat di China meningkatkan kekhawatiran atas permintaan," tulis Brian Martin dan Daniel Hynes dari ANZ Research dalam catatan Senin.

"Ini tetap menjadi angin sakal untuk permintaan minyak," kata mereka, menambahkan bahwa dampak dari meningkatnya kasus Covid juga tercermin dalam data mobilitas China.


(RCI/dhf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Pilah Pilih Investasi "Harga Diskon" Saat Ekonomi Melemah