
Rupiah Jadi Terburuk di Asia Jika BI Tak Intervensi Masif?

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar rupiah sudah melemah dalam 6 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin kemarin. Mengakhiri perdagangan di Rp 15.710/US$, rupiah kembali mendekati level terlemah dua setengah tahun Rp 15.745/US$ yang dicapai pada 4 November lalu.
Sepanjang tahun ini rupiah tercatat melemah lebih dari 9%, beberapa mata uang Asia lainnya pelemahnya lebih parah.
Bank Indonesia (BI) mengungkap melakukan intervensi yang besar guna menstabilkan nilai tukar rupiah.
"Kami intervensi dalam jumlah yang besar. Cadangan devisa kami turun dari US$ 139,9 miliar menjadi sekitar US$ 130,1 miliar," papar Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (21/11/2022).
Artinya, untuk melakukan intervensi demi stabilitas rupiah, BI menghabiskan cadangan devisa sebesar US$ 8,8 miliar.
Berdasarkan catatan Tim Riset CNBC Indonesia, hingga Oktober cadangan devisa sudah mengalami penurunan 7 bulan beruntun.
Bahkan, jika dilihat sejak mencapai Rekor tertinggi sepanjang masa US$ 146,9 miliar pada September lalu, nilainya sudah turun US$ 16,7 miliar.
Dengan intervensi yang besar, rupiah masih melemah cukup tajam sepanjang tahun ini. Lalu, seandainya tidak melakukan intervensi, rupiah bisa menjadi yang terburuk di Asia?
Seandainya BI tidak melakukan intervensi yang besar, rupiah bisa menjadi yang terburuk di Asia?
Nyatanya, hampir semua bank sentral juga melakukan intervensi guna menstabilkan mata uangnya. Bank sentral India misalnya, sejak perang Rusia-Ukraina meletus hingga Oktober lalu, cadangan devisanya merosot hingga US$ 100 miliar.
"Ekonomi global sedang menghadapi badai yang baru," kata Shaktikanta Das, gubernur bank sentral India pada akhir Oktober lalu, sebagaimana dilansir New York Times.
Intervensi yang dilakukan sekitar 10 kali lipat ketimbang BI. Nilai tukar rupee masih tetap merosot 8% sepanjang tahun ini.
Korea Selatan, Taiwan, Filipina, Vietnam, Malaysia dan Thailand sudah mengungkapkan melakukan intervensi mata uang.
Pada periode yang sama dengan India, cadangan devisa Korea Selatan juga menyusut sekitar US$ 47 miliar, menjadi US$ 414 miliar pada akhir Oktober.
Cadangan devisa Malaysia juga mengalami penurunan sekitar US$ 10 miliar, menjadi US$ 105 miliar.
Pemerintah Jepang juga tidak ketinggalan, melakukan intervensi untuk pertama kalinya sejak 1998 guna meredam kemerosotannya. Bahkan Kementerian Keuangan Jepang melaporkan pada Oktober lalu menggelontorkan US$ 43 miliar untuk meredam kemerosotan yen yang menyentuh level terlemah sejak 1990.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Kenaikan Suku Bunga Juga Tak Mampu Dongkrak Mata Uang