Mata Uang Di Asia Mulai Bangkit, Kok Rupiah Masih Loyo?

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
18 November 2022 11:50
Ilustrasi Rupiah dan Dolar di Bank Mandiri
Foto: Ilustrasi Rupiah dan Dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar sempat stagnan kemudian kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Jumat (18/11/2022). Rupiah bergerak berlawanan arus dengan mayoritas mata uang di Asia yang berhasil menguat.

Mengacu pada data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan rupiah stagnan di Rp 15.660/US$. Kemudian, rupiah terkoreksi sebesar 0,16% ke Rp 15.685/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Terkoreksinya rupiah telah berlangsung selama hampir lima hari beruntun pada pekan ini, padahal Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya.

Pada Kamis (17/11), BI kembali menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 5,25%.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI juga memutuskan untuk menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 4,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 6,00%.

Dengan demikian, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 bps pada tahun ini, masing-masing 25 bps pada Agustus, 50 bps pada September, 50 bps pada Oktober, dan 50 bps pada November.

Selain itu, pada hari ini BI juga merilis kinerja transaksi berjalan pada kuartal III-2022 yang kembali mencatatkan surplus sebesar US$ 4,4 miliar dolar atau 1,3% dari produk domestik bruto (PDB), lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yakni US$ 4 miliar atau 1,2% dari PDB.

BI menyebut, membaiknya kinerja transaksi berjalan tersebut bersumber dari peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas seiring dengan tetap kuatnya permintaan ekspor dari negara mitra dagang dan harga komoditas global yang masih tinggi.

BI mengemukakan, defisit neraca pendapatan primer juga sedikit lebih rendah seiring dengan penurunan pembayaran imbal hasil investasi langsung. Di sisi lain, defisit neraca jasa tercatat lebih tinggi sejalan dengan peningkatan mobilitas masyarakat dan berlanjutnya pemulihan ekonomi domestik.

Keputusan kebijakan moneter dan rilis data ekonomi yang baik, tampaknya belum mampu menopang kinerja nilai tukar rupiah hari ini.

Di Asia, mayoritas mata uang sukses menguat, di mana yuan China dan yen Jepang memimpin penguatan yang masing-masing sebesar 0,42% dan 0,33% di hadapan si greenbackSedangkan, ringgit Malaysia terkoreksi paling tajam sebesar 0,22%. Disusul oleh rupiah yang melemah 0,16%.


 


(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bye Dolar! Rupiah Mengangkasa Pekan Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular