Bukan Akuisisi, Begini Rencana BRMS & Amman Mineral ke Depan

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) semakin mesra. Kemesraan ini bahkan sampai memunculkan rumor bakal dicaploknya BRMS oleh Amman.
Rumor itu sempat membuat harga saham BRMS bergerak liar. Namun, rumor tersebut dibantah oleh Agus Projosasmito, Wakil Direktur Utama AMNT.
"Faktanya, kami BRMS maupun AMNT tidak ada rencana untuk melakukan akuisisi," ujar Agus yang juga menjabat sebagai Direktur Utama BRMS kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/11/2022).
Imbas dibantahnya kabar itu, saham BRMS turun. Hingga pukul 11.29, penurunannya sebesar 2,16% ke level Rp 181 per saham.
Sejauh ini, kongsi keduanya masih berupa perjanjian penjualan hasil produksi BRMS. Terlebih, setelah masuknya Agoes Projosasmito ke manajemen BRMS.
Hal itu juga sejalan dengan penuturan Herwin Hidayat, Direktur BRMS belum lama ini. "Dengan perubahan struktur yang mewakili pemegang saham tertentu diharapkan mampu memunculkan sinergi ke depan," ujar Herwin.
Ia mencontohkan, sinergi itu bisa terjadi di proyek tambang di Gorontalo. Selain emas, tambang ini juga memproduksi tembaga.
Cuma memang, pemerintah saat ini melarang ekspor material mentah atau raw material. Raw material seperti tembaga dan logam lainnya perlu diolah di smelter terlebih dahulu hingga menjadi produk dengan nilai tambah baru bisa diekspor.
Namun, BRMS tidak memiliki smelter. Sementara, investasi pembangunan smelter juga tidak murah.
Untuk menyiasati hal tersebut, BRMS bakal memasok produksi tembagannya ke perusahaan yang memiliki smelter. "Kita lihat Amman Mineral itu dalam proses pembangunan smelter," imbuh Herwin.
"Smelter juga butuh suplai konsentrat logam yang stabil untuk bisa terus berproduksi," sambung Herwin.
Seperti diketahui, PT Amman Mineral Nusa Tenggara tengah membangun smelter dengan nilai investasi setara sekutar Rp 14,7 triliun. Proyek ini ditargetkan rampung pada 2024. Target ini sama seperti target beroperasinya pabrik tembaga BRMS di Gorontalo secara komersial.
Benang merah masuknya orang dekat Grup Salim untuk mengamankan suplai raw material ke Amman Mineral juga terlihat dari posisi manajemen kunci lain di BRMS.
Selain Agoes, ada dua nama lain yang masuk. Keduanya adalah, Adrian Wicaksono sebagai direktur dan Teguh Boentoro sebagai komisaris.
Perlu diketahui, Teguh Boentoro juga menjabat sebagai Komisaris di PT Amman Mineral Internasional. Sementara Agoes masih menjabat sebagai Wakil Direktur Utama Amman Mineral Nusa Tenggara.
[Gambas:Video CNBC]
BRMS Masih Untung Meski Harga Emas Turun ke Bawah USD 1.800
(dhf/dhf)